REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Militer Irak melaporkan kelompok bersenjata menembakkan dua roket Katyusha ke sebuah rumah di Baghdad, Senin (28/9). Peristiwa ini menewaskan dua wanita dan tiga anak serta melukai dua anak lainnya.
Laporan itu menjelaskan, korban meninggal adalah satu keluarga akibat salah sasaran. Sebuah roket yang menargetkan bandara Baghdad yang menjadi tempat pasukan Amerika Serikat (AS) malah jatuh di rumah mereka.
Dikutip dari Aljazirah, roket diluncurkan dari lingkungan al-Jihad di Baghdad. Militer menuduh kelompok itu sebagai geng-geng kriminal pengecut dan kelompok penjahat berusaha untuk menciptakan kekacauan dan meneror orang. Sumber intelijen Irak menyalahkan serangan itu pada sekelompok kecil faksi bersenjata garis keras yang didukung Iran.
Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi telah memerintahkan penangkapan para pelaku penembakan roket tersebut. "Geng-geng ini tidak akan diizinkan untuk berkeliling dan merusak keamanan," ujarnya menekankan pelaku harus mendapat hukuman.
Korban meninggal dunia adalah yang pertama di antara warga sipil Irak dalam pecahnya kekerasan terbaru. Konflik terbaru ini terjadi karena milisi Syiah Irak yang didukung Iran menargetkan AS di negara itu.
Serangan yang dimulai sekitar satu tahun lalu itu hanya menimbulkan sedikit korban. Insiden terbaru ini adalah yang pertama merenggut begitu banyak nyawa warga sipil.
Serangkaian serangan menargetkan orang AS terjadi setelah Washington mengancam akan menutup kedutaan besarnya dan menarik 3.000 tentaranya dari negara itu kecuali tembakan roket berhenti. Antara Oktober 2019 sampai Juli 2020, setidaknya 39 serangan roket menargetkan tempat-tempat AS di Irak.
Roket sering menargetkan kedutaan AS dalam Zona Hijau Baghdad, pangkalan Irak, serta bandara Baghdad. Bom pinggir jalan juga sering menargetkan konvoi yang membawa peralatan yang ditujukan untuk pasukan koalisi pimpinan AS.