REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson akan mengumumkan opsi pelatihan bagi warganya mempelajari keterampilan baru dalam meningkatkan produktivitas dan membantu negara pulih dari krisis virus corona.
"Sayangnya, kami tidak bisa menyelamatkan setiap pekerjaan. Yang dapat kami lakukan adalah memberi orang keterampilan untuk menemukan dan menciptakan pekerjaan baru dan lebih baik," kata Johnson.
Tingkat pengangguran Inggris sudah di atas 4 persen dan diperkirakan akan meningkat lebih lanjut karena skema subsidi pekerjaan yang diberlakukan pada awal pandemi berakhir bulan depan. Langkah itu akan digantikan oleh program dukungan pekerjaan.
"Kami mengubah dasar-dasar sistem keterampilan sehingga setiap orang memiliki kesempatan untuk berlatih dan berlatih kembali," ujar Johnson.
Langkah-langkah tersebut akan mencakup pendanaan untuk memungkinkan orang dewasa tanpa kualifikasi mengambil kursus perguruan tinggi tertentu tanpa membayar biaya. Selain itu, Inggris menyiapkan pinjaman fleksibel yang memungkinkan warga untuk meluangkan waktu studi dan mentransfer kredit antarperguruan tinggi.
Pemerintah juga akan berupaya meningkatkan jumlah magang, dengan lebih banyak dana untuk perusahaan kecil dan menengah yang menerima magang. Program percontohan akan diperluas dengan kamp pelatihan keterampilan digital ke lokasi baru.
Jumlah orang yang melakukan pelatihan kejuruan telah menurun selama dua dekade terakhir. Kondisi itu menunjukkan bahwa 10 persen orang dewasa di Inggris memegang kualifikasi teknis yang lebih tinggi, dibandingkan dengan 20 persen di Jerman dan 34 persen di Kanada.
Bisnis Inggris telah lama mengeluh tentang kurangnya keterampilan dalam angkatan kerja. Produktivitas negara itu terus-menerus lebih rendah daripada di beberapa negara ekonomi yang setara.