REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menteri Luar Negeri Turki Melvut Cavusoglu mengatakan, Azerbaijan mampu membebaskan wilayahnya sendiri dari pendudukan Armenia. Dia juga menyerukan kepada masyarakat internasional untuk memberikan tekanan pada Armenia agar menarik pasukannya dari Nagorno-Karabakh. Sebab, kata dia seruan untuk penghentian bentrokan saja tidak akan membantu menyelesaikan konflik.
"Jika Azerbaijan ingin menyelesaikan masalah ini di lapangan, kami akan mendukung mereka dengan segala cara kami. Kami akan melakukan apapun yang diperlukan jika Azerbaijan menuntut. Tapi kami lihat kapasitas Azerbaijan sudah cukup," ujar Cavusoglu dikutip laman Haaretz, Kamis (1/10).
"(Presiden Azerbaijan İlham) Aliyev sering memberi tahu (Armenia). 'Mari kita tinggal sendiri dan lihat apa yang akan terjadi'," ujarnya menambahkan.
Bentrokan meletus di Nagorno-Karabakh setelah pasukan Armenia melancarkan serangan terhadap posisi Azerbaijan pada Ahad pekan lalu. Turki telah menyuarakan dukungan kuat kepada Azerbaijan. Turki juga mengutuk agresi dan pendudukan Armenia di tanah Azeri sejak awal 1990-an.
Turki dan Azerbaijan telah lama menjalin hubungan yang erat, termasuk di bidang industri pertahanan. Otoritas Azeri telah membeli peralatan pertahanan baik dari Turki maupun negara lain. "Azerbaijan mengatakan saya memiliki kekuatan saya. Memang cukup kuat untuk melakukannya," ujarnya.
Sebagai negara yang 20 persen wilayahnya berada di bawah pendudukan Armenia, Azerbaijan telah lama menunjukkan kesabaran. Namun, Cavusoglu menilai Azerbaijan sekarang bersedia menyelesaikan masalah sepenuhnya.
"Kami memahami kekhawatiran Azerbaijan. Masalah tersebut tidak dapat diselesaikan dalam 30 tahun terakhir, dan mereka bahkan tidak mengamati langkah konkret. Ditambah lagi, Armenia melanjutkan agresinya," ujar dia menambahkan.
Saat ini diplomasi di bawah Grup Minsk OSCE belum membuahkan hasil karena beberapa anggota komunitas internasional terus mendukung Armenia. Cavusoglu mengatakan, hampir semua negara menyerukan penghentian bentrokan.
"Tetapi apakah mereka juga meminta Armenia untuk mengakhiri pendudukannya atas tanah Azerbaijan? Tidak. Apakah mereka punya formula untuk solusinya? Tidak," ujarnya.
Cavusoglu mengkritik calon presiden dari Partai Demokrat AS Joe Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron karena menggambarkan peran Turki dalam ketegangan Armenia-Azeri sebagai hal berbahaya.
"Kami adalah 'dua negara, satu bangsa' dengan Azerbaijan. Terkadang, dalam masalah krusial, kami bertindak sebagai satu negara. Karena itu, mereka tidak boleh mencoba menghancurkan Turki dan Azerbaijan. Alih-alih mengatakan, 'Turki harus mundur,' mereka harus mengatakan 'Armenia harus mundur dari tanah yang diduduki'," katanya.
Menurut Menlu Turki, pernyataan Macron menunjukkan dukungan terbuka kepada pasukan pendudukan dan tidak konsisten dengan hukum internasional. Dia juga mengulangi seruan Ankara ke Paris untuk menghentikan musuhnya melawan Turki.