Sabtu 03 Oct 2020 07:50 WIB

Keluarga Pandji Pragiwaksono Punya Kesepakatan Soal Camilan

Pandji Pragiwaksono memerhatikan porsi, waktu, dan jenis camilan yang dimakan.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Reiny Dwinanda
Komika Pandji Pragiwaksono bersepakat dengan keluarganya soal kebiasaan makan camilan.
Foto: Republika/Pandega
Komika Pandji Pragiwaksono bersepakat dengan keluarganya soal kebiasaan makan camilan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Makan camilan merupakan hal yang menyenangkan bagi sebagian orang. Namun, keluarga komika Pandji Pragiwaksono, memilih untuk mengatur waktu mengudap di keluarganya demi mempertahankan pola makan teratur dan sehat.

"Sebenarnya yang dipraktikkan di keluarga kami adalah masalah porsi dan waktu (makan camilan)," ungkap Pandji dalam acara peluncuran Oreo Wafer yang dilaksanakan secara virtual, Jumat (2/10).

Baca Juga

Selain menentukan waktu, Pandji, istri, dan anak juga mengatur porsi untuk sekali makan camilan. Selain itu, mereka juga memerhatikan makanan apa yang dijadikan kudapan.

Pandji menuturkan, pengaturan makan camilan memang didasarkan pola makan yang sehat. Ia menyebut, sang istri, Gamila Mustika, sangat memperhatikan makanan apa saja yan dimakan atau yang masuk ke dalam perut.

"Sementara saya baru belakangan ini aja, pas mulai udah turun berat badannya," kata Pandji.

Head of Biscuit PT Mondelez Indonesia Maggie Effendy menyebut, mengudap merupakan kebiasaan yang tidak terhindarkan di Indonesia. Karena itu, penting bagi konsumen untuk makan camilan secara sadar.

"Penting bagi konsumen untuk memerhatikan porsi camilan yang dimakan. Biasanya, di kemasan ada kandungan gizi yang disajikan. Jadi kita sadar ketika makan snack jadi tidak berlebihan," ungkap Maggie.

Di samping itu, Maggie juga menyarankan untuk mengudap dengan tenang dan gembira. Hindari makan camilan secara terus-terusan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
قَالَ يٰقَوْمِ اَرَءَيْتُمْ اِنْ كُنْتُ عَلٰى بَيِّنَةٍ مِّنْ رَّبِّيْ وَرَزَقَنِيْ مِنْهُ رِزْقًا حَسَنًا وَّمَآ اُرِيْدُ اَنْ اُخَالِفَكُمْ اِلٰى مَآ اَنْهٰىكُمْ عَنْهُ ۗاِنْ اُرِيْدُ اِلَّا الْاِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُۗ وَمَا تَوْفِيْقِيْٓ اِلَّا بِاللّٰهِ ۗعَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْهِ اُنِيْبُ
Dia (Syuaib) berkata, “Wahai kaumku! Terangkan padaku jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan aku dianugerahi-Nya rezeki yang baik (pantaskah aku menyalahi perintah-Nya)? Aku tidak bermaksud menyalahi kamu terhadap apa yang aku larang darinya. Aku hanya bermaksud (mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan petunjuk yang aku ikuti hanya dari Allah. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya (pula) aku kembali.

(QS. Hud ayat 88)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement