REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- India melewati tonggak sejarah yang suram dalam perjuangannya melawan virus corona pada Sabtu (3/10). Otoritas kesehatan negara itu telah mencatat lebih dari 100 ribu kematian terkait virus sejak pandemi dimulai.
Statistik ini menjadikan India sebagai negara ketiga dengan jumlah korban paling banyak di bawah Amerika Serikat dan Brasil. India telah melihat lebih dari 6,4 juta total infeksi yang dikonfirmasi, mencatat lebih dari 79.000 kasus baru dalam 24 jam terakhir.
Perdana Menteri India, Narendra Modi, dan pemerintahnya menghadapi kritik karena gagal menghentikan penyebaran virus yang pada September menghantam India lebih keras daripada negara lain di dunia. Hampir 41 persen dari total infeksi India dan 34 persen kematian Covid-19 dilaporkan pada bulan itu saja. Rata-rata hampir 1.100 orang India meninggal setiap hari akibat virus tersebut.
Seperti di banyak negara, Modi dan pemerintahnya telah berjuang dengan cara menyeimbangkan pembatasan virus dengan kebutuhan untuk meningkatkan ekonomi. Bahkan ketika negara mencapai 100.000 kematian yang dikonfirmasi, para ahli mengatakan jumlah itu kemungkinan masih kurang.
Para ahli mengatakan banyak kematian karena Covid-19 mungkin disebabkan oleh penyebab lain, terutama pada hari-hari awal pandemi ketika pengujian sangat rendah untuk negara dengan populasi 1,4 miliar. "Jumlah kematian di India tidak mencerminkan tingkat sebenarnya dari kerusakan yang telah dilakukan virus tersebut,” kata veteran ahli virus, Dr. T. Jacob John.
Rekam jejak India yang buruk dalam mencatat data kematian bahkan sebelum pandemi semakin memperkuat pertanyaan mengenai jumlah kematian yang sebenarnya. Pada 30 September, Presiden AS, Donald Trump, selama debat presiden pertama, mengatakan bahwa India tidak melaporkan jumlah kematian secara nyata, meskipun dia tidak memberikan bukti.
Kematian Covid-19 pertama di India dilaporkan pada 12 Maret. Selama lima bulan berikutnya, penyakit tersebut menewaskan 50.000 orang. Hanya butuh 45 hari untuk menggandakan jumlah itu. Kondisi ini menggarisbawahi tingkat keparahan pandemi yang telah membanjiri unit perawatan intensif dan kamar mayat juga berkontribusi pada kematian profesional medis.