REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perusahaan media sosial Facebook telah menghapus 276 akun yang menggunakan profil palsu untuk menyamar sebagai warga Amerika Serikat (AS). Akun-akun itu diduga sengaja dibuat untuk mendukung Presiden Donald Trump dan mendiskreditkan Partai Demokrat, termasuk calon presiden yang diusungnya Joe Biden.
Menurut Facebook, akun-akun tersebut menggunakan foto stok untuk membuat profil palsu. Namun banyak di antaranya telah dihapus oleh perangkat lunak pendeteksi otomatis Facebook.
“Meskipun orang-orang di belakang jaringan ini berusaha untuk menyembunyikan identitas dan koordinasi mereka, penyelidikan kami mengaitkan kegiatan ini dengan Rally Forge,” kata Facebook dalam pernyataannya pada Kamis (8/10).
Rally Forge adalah sebuah perusahaan komunikasi digital yang berbasis di Arizona. Menurut Facebook perusahaan tersebut bekerja untuk Turning Point USA (TPU), sebuah organisasi nirlaba berbasis di Phoenix. Namun pekerjaan TPU sebenarnya dikendalikan atau dijalankan oleh Turning Point Action (TPA), sebuah komite aksi politik independen.
TPA didirikan tahun lalu oleh Charlie Kirk. Dia pun tokoh yang mendirikan TPU. Dalam pekerjaanya,TPU merekrut mahasiswa untuk mendukung tujuan konservatif. Kelompok itu mengunggah meme dan video di halaman media sosialnya yang mendukung Trump dan politisi konservatif lainnya.
Trump dan putranya Donald Trump Jr. telah menyampaikan pidato di TPU atau acara TPA. Hal itu terjadi saat Trump melakukan kampanye di Phoenix pada Juni lalu. TPA telah mengatakan akan bekerja sama dengan Facebook "untuk memperbaiki kesalahpahaman" tentang kontennya.
Selain mengembuskan dukungan untuk Trump, akun-akun yang dihapus Facebook turut menghujat dan mencibir Partai Demokrat dan para politisinya. “Sangat muak dengan para Demokrat yang terus membuat kaum Republik terlihat buruk! Itu membuat saya lelah dengan politik dan saya hanya percaya Partai Republik jauh lebih rendah hati dalam hal uang karena Demokrat akan melakukan apa saja untuk mengacaukan orang Amerika," kata salah satu akun dalam unggahannya.
Bulan lalu The Washington Post membuat laporan tentang kelompok pro-Trump yang dikenal sebagai TPA. Menurut Washington Post TPA telah membayar remaja untuk mengirim pesan terkoordinasi dan mendukung Trump. Hal itu dianggap merupakan pelanggaran terhadap aturan Facebook.
Facebook, termasuk Twitter, secara teratur menghapus akun palsu baik domestik maupun asing yang mencoba memasukkan diri mereka ke dalam wacana politik AS dan memengaruhi pemilu. Namun kedua perusahaan media sosial itu pun menghadapi kritik serta kecaman luas terkait penanganan misinformasi dan penindasan pemilih yang terkadang datang dari Trump sendiri.