Kamis 15 Oct 2020 02:05 WIB

Lagu Baru Demi Lovato Mengkritik Donald Trump

Lagu berjudul Commander in Chief ditujukan Demi Lovato untuk mengkritik Trump

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Christiyaningsih
Demi Lovato
Foto: AP
Demi Lovato

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Musisi dan artis Demi Lovato ingin menggunakan suaranya untuk lebih dari sekedar bernyanyi. Itulah kenapa lagu barunya, Commander in Chief, ditujukan kepada Presiden AS Donald Trump. Lagu itu menyerukan tanggapannya terhadap ketidakadilan rasial, krisis Covid-19, dan banyak lagi.

Baru-baru ini, penyanyi berusia 28 tahun itu berbicara dengan CNN tentang lagu barunya. "Sudah berkali-kali aku ingin menulis surat kepada presiden atau duduk bersamanya dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini kepadanya,” kata Lovato.

Baca Juga

Kemudian, Lovato berpikir sebenarnya dirinya tak ingin melakukannya. Karena itu, salah satu cara yang bisa dia lakukan adalah menulis lagu dan merilisnya untuk didengar seluruh dunia sehingga sang presiden harus menjawab pertanyaan itu kepada semua orang.

Dalam lagu yang dia tulis itu, Lovato bertanya, “Apakah Anda tahu yang terjadi sebenarnya? Kami dalam keadaan krisis. Orang-orang sekarat. Sementara Anda melapisi kantongmu semakin tepat. Panglima tertinggi. Bagaimana rasanya? Untuk masih bisa bernapas?”

Lovato mengatakan tidak ingin memicu perpecahan lewat liriknya. Namun dia berharap bisa mendorong para penggemarnya tetap terlibat dalam proses politik dan memberikan suara dalam pemilihan bulan depan.

“Kami harus hadir dan memberikan suara, karena sangat penting suara kami didengar. Dan, sejujurnya, bagiku, apakah dia seorang Republikan atau Demokrat, keluar saja dan pilih,” ujar dia.

Di Twitter, Trump dikenal sering membidik tokoh hiburan yang mengkritiknya, tetapi pelantun lagu Heart Attack ini tidak khawatir tentang potensi kontroversi. “Ayo. Buktikan kepada mereka bahwa Anda persis seperti yang kukatakan dalam lagu itu. Lakukan saja, lakukanlah,” kata dia.

Lovato sudah memutuskan menggunakan suaranya di media sosial untuk menyerukan ketidakadilan, bagian dari gelombang artis yang tumbuh lebih vokal secara politik. Lovato mencontohkan bagaimana Taylor Swift dulu tidak pernah bersikap atas permasalahan hak asasi, kemudian dia mendapat kecaman. Kini, Swift yang mulai vokal tentang politik, tapi ternyata tetap ada orang yang tidak senang dengan itu.

Lovato juga seorang advokat untuk The Mental Health Fund, yakni organisasi yang berdedikasi untuk menawarkan konseling krisis selama pandemi. “Aku memiliki alat untuk mengatasi kecemasan, depresi, tapi ada banyak orang yang tidak memiliki alat itu," ujar dia.

Kepada orang-orang yang mengalami masa sulit saat ini, Lovato menyarankan mereka mencoba melayani orang lain dan jangan terlalu keras pada diri sendiri. “Ketahuilah bahwa kalian tidak sendiri, bahwa banyak orang mengalami apa yang kamu alami juga,” kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement