REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL - Kapal bor Turki Oruc Reisi pada Rabu diharapkan dapat memberikan laporan data seismik pertama dari kawasan Mediterania Timur, kata Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Turki Fatih Donmez.
Berbicara pada Konferensi dan Pameran Digital Energi dan Lingkungan Internasional ke-26 (ICCI 2020) melalui konferensi video, Donmez mengatakan kapal tersebut telah mencapai area operasi yang ditentukan di mana Turki mulai memasang kabel seismik sepanjang 10 kilometer di laut untuk tahap pertama selama 10 hari.
"Tes dimulai kemarin dan hari ini kami akan menerima data seismik pertama," kata Donmez.
Kapal Oruc Reis kembali berlayar pada Senin pagi setelah negara itu mengeluarkan peringatan Navtex selama 10 hari di Mediterania Timur. Kapal tersebut mampu melakukan survei geologi, geofisika, hidrografi, dan oseanografi.
Kapal ini juga menjadi salah satu kapal penelitian seismik utama di dunia karena dapat melakukan operasi seismik dua dimensi di kedalaman hingga 15.000 meter dan penelitian seismik dua dan tiga dimensi, gravitasi, dan geofisika magnetik.
Kapal pengeboran ketiga Turki, Kanuni, juga meninggalkan pelabuhan Tasucu di provinsi Mersin pada Selasa dan sedang dalam perjalanan ke Pelabuhan Haydarpasa Istanbul di mana menara kapal akan dibongkar, kata Donmez.
“Kapal akan sampai di pelabuhan Filyos pada akhir November dan di sini kami akan merakit kembali menaranya. Mudah-mudahan nanti kapal akan bekerja sama dengan kapal pemboran Fatih di Laut Hitam,” ujar dia.
Masuk dalam armada Turki tahun ini, operasi pertama Kanuni di Laut Hitam akan dimulai pada bulan-bulan awal tahun depan.
Samsung membangun kapal pengeboran di Korea Selatan pada 2012. Kemampuan pengeboran kapal dapat meluas hingga kedalaman 11.400 meter dan mengebor hingga kedalaman 3.000 meter.
Perusahaan energi Brasil, Petrobras, menggunakan kapal pengeboran tersebut untuk eksplorasi hingga 2015.
Insentif untuk pengembang teknologi terbarukan
Beralih ke topik energi terbarukan, Donmez juga menekankan semakin pentingnya energi tersebut terutama setelah pandemi Covid-19.
Dia menjelaskan bahwa Turki menempati peringkat kesembilan di dunia dan ketiga di Eropa dalam kapasitas energi terbarukan, dan meningkat setelah penerapan Kebijakan Energi dan Pertambangan Nasional pada Juli 2017.
Kebijakan ini bertujuan untuk menjadikan Turki lebih mandiri, mempromosikan energi terbarukan dan meningkatkan meningkatkan pemanfaatan sumber daya lokal.
Dia juga menekankan bagian sumber daya domestik dalam produksi listrik secara konsisten berada di lebih dari 50 persen setiap bulan sejak Desember 2018.
Menurut Donmez, Turki menduduki peringkat kedua di Eropa dalam jumlah listrik yang dihasilkan dari sumber terbarukan tahun lalu. Selama sembilan bulan pertama tahun 2020, bagian produksi listrik dari sumber daya lokal dan terbarukan meningkat menjadi 62 persen.
Meski angka-angka ini mencerminkan kemajuan yang dibuat dalam energi terbarukan, Donmez mengatakan Turki melihat energi terbarukan dari jendela yang lebih komprehensif sehingga sumber daya dan teknologi dapat dikembangkan secara bersamaan untuk menjadi negara yang benar-benar mandiri dalam energi.
"Tidak ada negara yang bisa berbicara tentang kemandirian energi ketika teknologi itu milik orang lain," tutur dia.
Untuk mencapai hal ini dan agar Turki menjadi pusat energi bersih di wilayahnya, Turki menargetkan teknologi terbarukan menjadi item ekspor utama melalui pemberian insentif kepada pihak pengembang teknologi.