Senin 19 Oct 2020 18:37 WIB

Israel Ajukan Permohonan Buka Kedubes di Bahrain

Menlu Israel dikabarkan telah menulis surat resmi untuk membuka kedutaan di Manama

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
 (Kiri ke kanan) Menteri Luar Negeri Bahrain Sheikh Khalid Bin Ahmed Al-Khalifa, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden AS Donald J. Trump dan Menteri Luar Negeri UEA Sheikh Abdullah bin Zayed bin Sultan Al Nahyan selama upacara penandatanganan Kesepakatan Abraham, yang menormalkan hubungan antara Uni Emirat Arab dan Bahrain dengan Israel, di Halaman Selatan Gedung Putih di Washington, DC, AS, 15 September 2020.
Foto: EPA-EFE/JIM LO SCALZO
(Kiri ke kanan) Menteri Luar Negeri Bahrain Sheikh Khalid Bin Ahmed Al-Khalifa, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden AS Donald J. Trump dan Menteri Luar Negeri UEA Sheikh Abdullah bin Zayed bin Sultan Al Nahyan selama upacara penandatanganan Kesepakatan Abraham, yang menormalkan hubungan antara Uni Emirat Arab dan Bahrain dengan Israel, di Halaman Selatan Gedung Putih di Washington, DC, AS, 15 September 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pemerintah Israel dilaporkan telah secara resmi meminta membuka kedutaan besar di Bahrain. Kedua negara telah menandatangani perjanjian damai dan normalisasi diplomatik.

Menurut laporan yang dipublikasikan surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth pada Senin (19/10), Menteri Luar Negeri Israel Gabi Ashkenazi telah menulis surat resmi untuk membuka kedutaan di Manama. Surat tersebut dititipkan kepada delegasi Israel yang berkunjung ke Bahrain pada Ahad (18/10).

Baca Juga

Delegasi tersebut dipimpin Penasihat Keamanan Nasional Israel Meir Ben-Shabbat. Surat dari Ashkenazi dialporkan telah diserahkan kepada Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif bin Rashid Al-Zayani. Ben-Shabbat dan Al-Zayani telah menandatangani dokumen perjanjian damai.

Dalam perjanjian tersebut, kedua negara berjanji untuk tidak mengambil tindakan permusuhan satu sama lain. Selain itu mereka berkomitmen melawan tindakan permusuhan oleh negara pihak ketiga.

Al-Zayani mengaku optimistis perdamaian dengan Israel akan membawa stabilitas dan serta kemakmuran di kawasan. “Hari ini, kami meletakkan fondasi di mana kami dapat mencapai tujuan ini, membangun kerangka kerja praktis untuk memajukan baik kerja sama bilateral kami dan kemitraan berkelanjutan kami yang dinikmati negara-negara kami dengan Amerika Serikat," katanya.

AS selaku mediator yang menjembatani proses normalisasi diplomatik Israel dengan Bahrain turut mengirim delegasi ke Manama pada Ahad lalu. Mereka dipimpin Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin.

Al-Zayani mengapresiasi kehadiran delegasi Israel dan AS di Manama. “Harapan saya adalah bahwa kunjungan ini menandai langkah maju lainnya dalam perjalanan menuju Timur Tengah yang benar-benar damai, aman, stabil, dan berkembang, di mana semua negara, ras dan kepercayaan menyelesaikan perbedaan melalui dialog serta mengembangkan untuk anak-anak kita sebuah realitas baru dari hidup berdampingan dan kemakmuran," ucapnya.

Kendati demikian, Al-Zayani tetap menekankan tentang perlunya resolusi adil dan komprehensif untuk konflik Israel-Palestina. Dalam dokumen perjanjian damai, Bahrain dan Israel menyatakan akan "melanjutkan upaya mereka mencapai resolusi yang adil, komprehensif, dan langgeng untuk konflik Israel-Palestina".

Namun tak termaktub secara eksplisit apakah resolusi itu akan berakhir dengan pembentukan negara Palestina merdeka. Al-Zayani mendorong agar Israel dan Palestina melanjutkan dialog.

“Masalah Palestina harus diselesaikan melalui negosiasi langsung antara kedua belah pihak untuk mencapai solusi yang memuaskan kedua belah pihak serta menghasilkan solusi dua negara, sesuai dengan prinsip Inisiatif Perdamaian Arab dan hukum internasional yang relevan,” ujarnya dikutip laman Times of Israel.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement