REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Al-Biruni merupakan Bapak Religionswissenschaft atau ilmu perbandingan agama modern.
Menurut Kamar Oniah Kamaruzaman dalam Early Muslim Scholarship in Religionswissenschaft (2003), dengan demikian, ilmuwan Muslim-lah yang pertama-tama mempelopori ilmu perbandingan agama. Karena itu, ironis ketika ilmu tersebut lebih didalami bangsa Barat, utamanya dalam masa kolonialisme abad ke-19.
Al-Biruni menempatkan Alquran sebagai dasar ilmu perbandingan agama. Kitab suci tersebut mengandung narasi-narasi berkaitan dengan agama-agama lain, khususnya Nasrani dan Yahudi. Kamaruzaman menjelaskan metodologi yang dipakai al-Biruni dalam dua karyanya terkait perbandingan agama, Kitab al-Athar dan Kitab al-Hind.
Yang pertama itu membahas sejarah, warisan teknologi, sekte-sekte, dan ibadah-ibadah pelbagai agama yang dijumpai al-Biruni, misalnya Majusi, Manichaeism, atau Sabian. Sementara, karya yang kedua itu berfokus pada umat agama Hindu di India, termasuk soal peradaban dan tradisinya.
Kamaruzaman menemukan bahwa al-Biruni menempatkan kalangan Brahma (terpelajar Hindu) sebagai representasi yang paling kuat untuk menjelaskan agama ini.
Al-Biruni juga menegaskan, kasta Brahma sesungguhnya mengimani tuhan yang esa, bukan para dewa-dewi sebagaimana keyakinan kasta-kasta di bawahnya.
Metodologi al-Biruni lebih berdasarkan pada kajian-kajiannya atas teks-teks umat agama-agama yang ditelitinya serta observasinya terhadap mereka. Bahkan, al-Biruni tak sekadar membaca, tetapi juga menerjemahkan teks-teks kitab agama Hindu ke dalam bahasa Arab.
Terkait penyajian karyanya, Al-Biruni cenderung menghindari pendekatan polemis, melainkan simpatik terhadap umat agama lain. Kendati begitu, ia tetap mempertahankan prinsipnya bahwa Islam-lah satu-satunya agama yang benar.