Rabu 21 Oct 2020 16:50 WIB

Epidemiolog: Wisatawan Harus Tahu Status Zona Daerah

Wisata ke zona oranye atau merah, membuat risiko tertular Covid-19 jauh lebih tinggi

Pengunjung sedang berwisata di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta (ilustrasi). Wisatawan yang ingin berlibur terlebih dahulu harus mengetahui status zona daerah tujuan wisata apakah hijau, kuning, oranye atau merah.
Foto: Meiliza Laveda
Pengunjung sedang berwisata di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta (ilustrasi). Wisatawan yang ingin berlibur terlebih dahulu harus mengetahui status zona daerah tujuan wisata apakah hijau, kuning, oranye atau merah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Departemen Epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis mengatakan, wisatawan yang ingin berlibur terlebih dahulu harus mengetahui status zona daerah tujuan wisata apakah hijau, kuning, oranye atau merah. Dengan begitu, wisatatan bisa mengantisipasi penularan Covid-19.

"Pertama, kita harus tahu pergi ke mana. Kalau kita pergi ke kabupaten atau kota zona hijau berarti aman," kata Tri saat diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Rabu (21/10).

Baca Juga

Dengan mengetahui zona Covid-19 suatu daerah, masyarakat yang ingin berlibur bisa mengantisipasi sedini mungkin dan menghindari daerah zona oranye apalagi merah. Wisata atau berlibur ke zona oranye atau merah, membuat risiko tertular Covid-19 jauh lebih tinggi. Meskipun hanya sebatas jalan-jalan biasa atau mengunjungi pusat perbelanjaan.

"Bahkan ke zona oranye pun kita tetap berisiko terpapar. Oleh sebab itu, sebaiknya ke zona kuning atau hijau," kata Tri.

Meskipun demikian, Tri mengingatkan masyarakat yang ingin berlibur tetap harus mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak fisik termasuk rajin mencuci tangan dengan sabun pada air mengalir.

Pimpinan Yayasan Al-Fachriyah Habib Salim Jindan yang juga salah seorang pemateri mengatakan, setiap agama yang diakui oleh Pemerintah Indonesia sejatinya mengajarkan tentang kebersihan dan menjaga keimanan. Ia mengatakan, Islam juga mengajarkan tentang kebersihan.

Bahkan, sejak kecil anak-anak sudah diajarkan oleh orang tuanya untuk menjaga kebersihan misalnya cuci kaki dan menggosok gigi sebelum tidur. Bahkan, setelah bangun tidur pun harus menjaga kebersihan.

"Islam juga mengajarkan cara makan bahkan beradaptasi dengan lingkungan supaya mengutamakan kebersihan," kata dia.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement