Kamis 22 Oct 2020 05:29 WIB

Armenia tak Menyerah, PM Serukan Warga Jadi Sukarelawan

PM Armenia minta warga pertahankan wilayah sampai ada solusi diplomatik dengan Azeri.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Teguh Firmansyah
Pemandangan kendaraan hancur setelah penembakan oleh artileri Azerbaijan dekat rumah sakit, selama konflik militer di kota garis depan Martakert, wilayah separatis Nagorno-Karabakh, Senin, 19 Oktober 2020. Penembakan baru telah dilaporkan dalam pertempuran antara Armenia dan Azerbaijan, melanggar gencatan senjata akhir pekan dalam konflik atas wilayah separatis Nagorno-Karabakh. Pertempuran berkecamuk selama lebih dari tiga minggu.
Foto: AP/STR
Pemandangan kendaraan hancur setelah penembakan oleh artileri Azerbaijan dekat rumah sakit, selama konflik militer di kota garis depan Martakert, wilayah separatis Nagorno-Karabakh, Senin, 19 Oktober 2020. Penembakan baru telah dilaporkan dalam pertempuran antara Armenia dan Azerbaijan, melanggar gencatan senjata akhir pekan dalam konflik atas wilayah separatis Nagorno-Karabakh. Pertempuran berkecamuk selama lebih dari tiga minggu.

REPUBLIKA.CO.ID,  YEREVAN -- Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinian menampik solusi diplomatik untuk krisis Nagorno-Karabakh. Menurutnya, langkah diplomasi dan negosiasi kedua pihak terkait wilayah itu, tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

"Segala sesuatu yang secara diplomatis dapat diterima oleh pihak Armenia ... tidak dapat diterima lagi oleh Azerbaijan," kata Pashinian dalam pesan video di Facebook mengutip Daily Sabah Rabu (21/10).

Baca Juga

Tak hanya itu, ia juga meminta warganya untuk menjadi sukarelawan di wilayah Karabakh. Warga dan seluruh elemen di Armenia harus terus berjuang mempertahankan wilayahnya, hingga ada solusi diplomatik yang bisa dicapai kedua pihak.

Ucapan itu ia ungkapkan setelah Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengadakan dua pertemuan terpisah dengan rekan-rekannya dari Armenia dan Azerbaijan di Moskow. Pertemuan itu dilakukan untuk membahas implementasi gencatan senjata di wilayah Nagorno-Karabakh.

Dalam kesempatan itu, pihak Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut, selama pembicaraan, ada pembahasan yang mengerucut pada masalah mendesak menyoal implementasi kesepakatan. "Selain itu, pembahasan gencatan senjata di zona konflik juga akan menuju ke arah penyelesaian berkelanjutan,’’ kata kementerian itu setelah pertemuan terjadi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
سَيَقُوْلُ الْمُخَلَّفُوْنَ اِذَا انْطَلَقْتُمْ اِلٰى مَغَانِمَ لِتَأْخُذُوْهَا ذَرُوْنَا نَتَّبِعْكُمْ ۚ يُرِيْدُوْنَ اَنْ يُّبَدِّلُوْا كَلٰمَ اللّٰهِ ۗ قُلْ لَّنْ تَتَّبِعُوْنَا كَذٰلِكُمْ قَالَ اللّٰهُ مِنْ قَبْلُ ۖفَسَيَقُوْلُوْنَ بَلْ تَحْسُدُوْنَنَا ۗ بَلْ كَانُوْا لَا يَفْقَهُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًا
Apabila kamu berangkat untuk mengambil barang rampasan, orang-orang Badui yang tertinggal itu akan berkata, “Biarkanlah kami mengikuti kamu.” Mereka hendak mengubah janji Allah. Katakanlah, “Kamu sekali-kali tidak (boleh) mengikuti kami. Demikianlah yang telah ditetapkan Allah sejak semula.” Maka mereka akan berkata, “Sebenarnya kamu dengki kepada kami.” Padahal mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali.

(QS. Al-Fath ayat 15)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement