Kamis 22 Oct 2020 14:32 WIB

Israel Lakukan Misi Rahasia di Bahrain Sebelum Normalisasi

Israel jalankan misi rahasia di Bahrain dengan menyamar sebagai konsultan komersial

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
 Presiden Donald Trump, tengah, dengan dari kiri, Menteri Luar Negeri Bahrain Khalid bin Ahmed Al Khalifa, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Abdullah bin Zayed al-Nahyan, selama upacara penandatanganan Kesepakatan Abraham di Halaman Selatan Gedung Putih, Selasa, 15 September 2020, di Washington.
Foto: AP/Alex Brandon
Presiden Donald Trump, tengah, dengan dari kiri, Menteri Luar Negeri Bahrain Khalid bin Ahmed Al Khalifa, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Abdullah bin Zayed al-Nahyan, selama upacara penandatanganan Kesepakatan Abraham di Halaman Selatan Gedung Putih, Selasa, 15 September 2020, di Washington.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Israel telah menjalankan misi diplomatik rahasia di Bahrain dengan menyamar sebagai perusahaan konsultan komersial selama lebih dari satu dekade. Penyamaran ini juga yang membantu meletakkan dasar untuk perjanjian penormalan hubungan kedua negara yang ditandatangani di Amerika Serikat pada bulan lalu.

Laporan situs berita Israel, Walla, pada Rabu (21/10) menyatakan misi rahasia itu telah beroperasi sejak 2009. Mengutip sumber-sumber Israel dan Bahrain serta dokumen dari Kementerian Perdagangan Bahrain, ide untuk misi rahasia itu tumbuh dari negosiasi antara Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Livni dan Menteri Luar Negeri Bahrain Khaled Bin Ahmad al-Khalifa.

Baca Juga

"Jaringan kontak yang kuat di Bahrain dan di sekitar kawasan itu membantunya mencapai kesepakatan," kata laporan Axios yang menerjemahkan laporan itu dalam bahasa Inggris.

Pegawai tempat tersebut semuanya adalah diplomat Israel yang memiliki kewarganegaraan ganda dan memasuki Bahrain dengan paspor asing. Para diplomat tersebut membantu mempromosikan ratusan kesepakatan bisnis antara perusahaan Israel dan Bahrain. Mereka juga melakukan pekerjaan sebagai saluran komunikasi antara kedua pemerintah.

 

Laporan tersebut mengatakan hingga saat ini upaya untuk mempublikasikan rincian tentang misi tersebut telah diblokir oleh sensor militer Israel. Beberapa detail, termasuk nama diplomat yang saat ini bertugas, masih dilarang dipublikasikan.

Namun laporan tersebut menyebut diplomat Israel yang bertugas di masa lalu termasuk Brett Jonathan Miller. Ia adalah seorang warga negara Afrika Selatan yang kemudian diangkat sebagai konsul jenderal Israel di Mumbai pada 2013.

Selain itu ada warga negara Belgia yang kini menjabat sebagai koordinator dunia maya di Kementerian Luar Negeri, Ido Moed. Ada pula warga negara Inggris yang sekarang menjabat sebagai wakil direktur jenderal ekonomi Kementerian Luar Negeri, Idan Fluss.

"Semua diplomat Israel memiliki cerita sampul, didukung oleh profil LinkedIn yang tidak meyakinkan," lapor Axios.

Keputusan untuk membuka kantor yang diberi nama 'Pusat Pembangunan Internasional' itu tidak lama setelah Qatar memerintahkan penutupan kantor perdagangan Israel di Doha dengan latar belakang Operasi Cast Lead di Gaza. Langkah itu melucuti Israel di wilayah Teluk dan perlu mencari penggantinya.

Pusat Pengembangan Internasional menawarkan layanan dalam pemasaran, PR, dan investasi. Perusahaan itu mengubah namanya pada 2013, tetapi Walla mengatakan sensor militer telah melarangnya mengungkapkan namanya saat ini.

Israel dan Bahrain pada Ahad (18/10) secara resmi menyatakan telah berdamai dan menjalin hubungan diplomatik formal. Pada sebuah upacara di Manama, para pejabat dari kedua negara menandatangani delapan perjanjian bilateral, termasuk komunikasi bersama tentang pembentukan hubungan diplomatik, damai, dan persahabatan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement