Ahad 25 Oct 2020 17:01 WIB

Sandiaga Terbentur AD/ART Jika Diusulkan Jadi Caketum PPP

Sandiaga tak bisa langsung berkontestasi dalam Muktamar IX.

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Andi Nur Aminah
Sekretaris Jendral PPP Arsul Sani
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Sekretaris Jendral PPP Arsul Sani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah nama mulai muncul sebagai bakal calon Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Salah satu nama, yakni Sandiaga Uno yang merupakan Wakil Dewan Pembina Partai Gerindra disebut masuk dalam bursa calon ketua umum.

Munculnya nama Sandiaga Uno dibenarkan oleh Sekretaris Jendral PPP Arsul Sani. Namun, kata Arsul, Sandiaga tak bisa langsung berkontestasi dalam Muktamar IX. Sebab, AD/ART PPP sejak lama menetapkan ketentuan bahwa untuk menjadi Ketua Umum PPP harus pernah duduk dulu di DPP PPP satu periode.

Baca Juga

"Artinya, kalangan eksternal terbuka masuk ke PPP namun tidak bisa langsung jadi Ketua Umum. Yang bisa dia bergabung dulu dalam satu periode kepengurusan pada posisi selain Ketua Umum," kata Arsul saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (25/10).

Setelah menjadi bagian dari kepengurusan selama satu periode, maka barulah seorang kader PPP bisa maju sebagai calon ketua umum. "Pada Muktamar berikutnya dia bisa mencalonkan atau dicalonkan sebagai caketum," ujar dia.

Sejauh ini, ada nama Suharso Monoarfa yang telah mendaklarasikan diri sebagai calon Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Suharso yang saat ini masih menjabat sebagai Pelaksana tugas Ketua Umum PPP menyampaikan niatnya dalam rapat DPW Jawa Barat pada Jumat (23/10) lalu di Hotel Alana, Sentul, Bogor.

“Bahwa saya dimiliki Jawa Barat, maka di depan para kader PPP seJabar ini, saya mendeklarasikan maju bertarung dalam Muktamar IX untuk menang menjadi Ketua Umum,” kata Suharso dalam keterangannya, Sabtu (25/10).

Selain Suharso, kata Arsul, ada pula nama-nama lain di antaranya M Mardiono anggota Wantimpres, Ahmad Muqowam dan Ahmad Farial. Jajaran PPP Jatim juga mengusulkan Khofifah dan Gus Ipul.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement