REPUBLIKA.CO.ID, SOLO - Sejarah kepujanggaan di Kota Solo ditampilkan secara apik dalam Pameran Arsip Millenial 1928. Acara digelar oleh MasDon Art Center di Jalan Empu Gandring, Kelurahan Kemlayan, Kecamatan Serengan, Solo, Jawa Tengah.
Kiprah para pujangga besar dari Solo ternyata berhubungan erat dengan peristiwa Sumpah Pemuda pada 1928. MasDon Art Center mengajak publik untuk memaknai situasi akhir tahun di masa pandemi Covid-19 dengan merenungkan dan menengok kembali sisi sejarah kepemudaan di Kota Solo melalui sebuah program Pameran Arsip Milenial 1928.
Pameran menampilkan kilas sejarah keberadaan sekolah multikultural di Kota Solo dalam Garis Waktu AMS (Algemene Middlebare School). AMS merupakan salah satu sekolah multikultural di Solo yang melahirkan banyak pemuda yang menjadi tokoh bangsa serta pujangga besar Indonesia di periode tahun 1926.
Kiprah dan aktivitas mereka berhubungan erat dengan peristiwa Sumpah Pemuda 1928. Dalam pameran tersebut, juga dipamerkan sejarah arsip bertema "Garis Waktu Jalur Kapujanggan Kota Solo" yang akan menampilkan sisi sejarah dunia kapujanggan Kota Solo yang telah mengakar kuat sejak periode awal berdirinya kota ini.
Pembukaan pameran dilaksanakan bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda, Rabu (28/10). Pameran akan digelar selama dua bulan sampai akhir Desember 2020.
Pendiri MasDon Art Center, Sardono W Kusumo, mengatakan, Kota Solo memiliki peran penting bagi perkembangan jalur kepujanggan dan begitu juga sebaliknya. Perkembangan seni, budaya dan sastra bukan hanya berperan bagi seniman dan sastrawan, melainkan juga menjadi dasar lahirnya semangat kebangsaan.
Dalam perjalanan sejarah lahir pula sebuah Sekolah Budaya Timur yang bermana AMS atau Algemene Middlebare School atau Sekolah Indonesia Timur (Sekolah Mesen UNS).
"Kehadiran sekolah ini telah menarik banyak perhatian pemuda-pemudi dari beberapa daerah dan pulau lain di Nusantara untuk menempuh studi di AMS, Solo. Hal ini yang membuat kota Solo memiliki arti penting bagi perkembangan karya sastra dan para sastrawan yang merupakan alumni dari sekolah AMS," ucap dia.
Adanya sekolah AMS atau lebih dikenal dengan Sekolah Indonesia Timur di Kota Solo pada 1926 menambah kuat kedudukan seni dan sastra bagi kota Solo dan Indonesia. Sekolah setingkat SMA tersebut telah melahirkan banyak pujangga besar yang memiliki banyak karya penting dan bersejarah, pemuda-pemudi dibelakang Peristiwa Sumpah Pemuda dan beberapa tokoh lainnya.
Pameran Arsip Millenial 1928 diselenggarakan untuk memperingati peristiwa Sumpah Pemuda. Pameran menampilkan panel-panel bentangan kain yang menceritakan dua jalur yang dirasa penting bagi Kota Solo, yaitu Jalur Kapujanggan dan Jalur AMS.