Rabu 04 Nov 2020 04:04 WIB

Andil Besar Penggemar K-Pop dalam Demonstrasi di Thailand

Penggemar K-Pop di Thailand menggalang dana publik hingga protes di medsos

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Penggemar K-Pop dan idolanya. Penggemar K-Pop di Thailand memiliki andil besar dalam aksi protes
Foto: Antara/Meli Pratiwi
Penggemar K-Pop dan idolanya. Penggemar K-Pop di Thailand memiliki andil besar dalam aksi protes

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Para penggemar K-Pop bersatu dalam menggalang dana untuk aksi nyata demonstrasi di Thailand. Melalui kekuatan media sosial, para penggemar K-pop muncul sebagai kekuatan politik yang kuat dalam gerakan anti-pemerintah Thailand.

Awal tahun ini, penggemar K-pop di Amerika Serikat (AS) mengejutkan dunia dengan kekuatan media sosial mereka. Mereka mengumpulkan dana untuk kampanye Black Lives Matter hingga menyabotase kampanye pemilihan calon presiden pejawat Donald Trump.

Baca Juga

Namun, di Thailand para penggemar K-pop telah menjadi seperti budaya anak muda dalam waktu yang lama. Dukungan mereka untuk gerakan protes mencerminkan rasa frustrasi dari generasi yang tidak senang dengan pemerintah menggunakan kekuatan negara untuk membungkam perbedaan pendapat.

"Penggemar K-pop memang akan senang dengan hanya menyukai 'oppa' dan tidak peduli dengan yang lain, tetapi dengan negara kami seperti ini, kami sebagai warga negara harus menyerukan hal-hal yang lebih baik," kata Suphinchaya (23 tahun) yang menolak menyebutkan nama lengkap karena sensitivitas.

Menurut seorang peneliti studi Korea di Thailand, Chayanit Cheodthammatorn, profil penggemar K-pop yang muda, kebanyakan perempuan, dan paham media sosial cocok dengan banyak pengunjuk rasa Thailand.

"Meskipun mereka adalah penggemar K-pop, yang pertama mereka adalah warga negara Thailand," ujarnya.

Dorongan para penggemar untuk bertindak adalah tindakan keras polisi pada 16 Oktober lalu yang menggunakan meriam air untuk membubarkan pengunjuk rasa. Polisi ingin membubarkan para pendemo yang menentang larangan dan bertujuan untuk mengakhiri protes terhadap Perdana Menteri Prayuth Chan-ocda dan untuk menuntut pembatasan kekuasaan monarki.

Jauh dari tempat kejadian, Areeya, seorang pengguna Twitter yang menggemari K-pop memulai jajak pendapat dari akun basis penggemar Girls Generation dengan lebih dari 17.500 pengikut. Jajak pendapat itu untuk melihat apakah mereka akan membantu mendanai perjuangannya atau tidak.

Hasilnya pun sangat positif. Sebab, penggemar K-pop tidak asing dengan kampanye penggalangan dana. Mereka kerap menggunakan dana itu untuk membeli iklan baliho di ruang publik guna merayakan ulang tahun artis tercinta maupun adanya rilis album terbaru.

"Banyak orang marah dengan tindakan keras dan kekerasan polisi terhadap pengunjuk rasa tidak bersenjata hari itu. Mereka mengubah kemarahan itu menjadi uang sumbangan," ujar Areeya (23 tahun) kepada Reuters.

Hanya dalam sembilan jam, penggemar K-pop yang tergabung grup perempuan Thailand, yang menyebut diri mereka SONE, mengumpulkan lebih dari 780.000 baht (34.240 dolar AS), bersama dengan fandom K-pop Thailand lainnya yang secara kolektif mengumpulkan lebih dari 4 juta baht (128.000 dolar AS) minggu itu.

Areeya dan timnya mengoordinasikan pembelian peralatan pelindung seperti helm dan kacamata, mengatur pengiriman ke lokasi protes, dan mencatat semuanya untuk transparansi. Bagian terbesar dari donasi diberikan kepada Pengacara Thailand untuk Hak Asasi Manusia, sebuah kelompok nirlaba yang memberikan bantuan hukum pro bono kepada lebih dari 90 pengunjuk rasa yang ditangkap sejak pertengahan Oktober.

Penggemar Thailand dari nama terbesar K-pop seperti BTS, Super Junior, EXO, Blackpink, dan SHINee juga ikut bergerak. Meski demikian, label artis, SM Entertainment, Big Hit Entertainment, dan YG Entertainment, tidak segera menanggapi permintaan komentar Reuters.

"Kami bangga mendukung tujuan yang kami yakini, atas nama seseorang yang kami cintai," kata Jan (27 tahun) yang mengumpulkan lebih dari 700.000 baht (22.500 dolar AS) dengan fandom Super Junior E.L.F. dalam 22 jam.

Pengacara Thailand untuk Hak Asasi Manusia mengatakan bahwa sumbangan melonjak. "Kami tiba-tiba memiliki lebih dari 10 juta baht (321.440 dolar AS) di rekening bank kami," kata direktur Yaowalak Anuphan. "Saya kagum dengan penggemar K-pop," ujarnya menambahkan.

Di media sosial, akun penggemar K-pop yang dulunya fokus pada berita tentang artis favorit mereka telah berubah menjadi politik. Mereka mempromosikan tagar terkait protes dan merusak tagar pro-monarki dengan pesan sarkastik dan bahasa gaul K-pop.

Kehadiran penggemar K-pop juga terlihat pada protes, ketika para aktivis melambaikan tanda LED dan tongkat cahaya, seperti yang mereka lakukan di konser K-pop, dan memegang gambar berbingkai emas dari idola musik yang memparodikan potret bangsawan Thailand. Pengetahuan para penggemar tentang sejarah Korea Selatan dan peran budaya pop dalam protes baru-baru ini juga menjadi sumber inspirasi.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement