REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fungsi umah sakit Islam ribuan tahun lalu tak hanya digunakan untuk merawat pasien tetapi juga untuk mendidik dan mengembangkan ilmu kedokteran. Rumah sakit pendidikan adalah dasar dari pelatihan bagi mahasiswa kedokteran baru, seperti yang sering terjadi saat ini.
Delapan ratus tahun yang lalu, rumah sakit pendidikan ini menyediakan pelajaran praktis dan teoritis bagi siswa. Pengajaran dilakukan baik dalam kelompok maupun pribadi seperti saat ini.
Ceramah diadakan di aula besar di rumah sakit dan pokok bahasannya biasanya adalah bacaan dari naskah medis oleh apa yang disebut dokter pembacaan. Setelah pembacaan, dokter kepala atau ahli bedah bertanya dan menjawab pertanyaan siswa.
Banyak siswa mempelajari teks dengan dokter terkenal. Karena kertas berlimpah di dunia Muslim, manuskrip yang tertulis di atasnya untuk penggunaan pribadi disimpan. Di Eropa, teks yang sama ini langka dan jarang dimiliki siswa.
Pengajaran di samping tempat tidur, bagian lain dari pelatihan medis dengan kelompok siswa mengikuti dokter yang hadir atau ahli bedah di lingkungannya, dipandang sebagai sangat penting. Siswa yang lebih mahir mengamati dokter yang mencatat latar belakang pasien, memeriksa pasien dan juga membuat resep untuk mereka di departemen rawat jalan rumah sakit.
Salah satu sekolah kedokteran ini berada di rumah sakit Al-Nuri di Damaskus. Di bawah arahan dokter Abu al-Majid al-Bahili, penguasa abad ke-12 Nur al-Din ibn Zangi (1118-1174) mendirikan rumah sakit tersebut. Itu dinamai menurut namanya, dan dia melengkapinya dengan persediaan makanan dan obat-obatan, sementara juga menyumbangkan sejumlah besar buku medis, yang disimpan di aula khusus. Rumah sakit di Timur ini dikagumi oleh Tentara Salib, yang kemudian mengembangkan institusi serupa.
https://muslimheritage.com/hospital-development/