REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumah Sakit Al-Qayrawan di Qayrawan, Tunisia pada abad kesembilan adalah sebuah institusi canggih dengan aula yang terorganisir baik. Rumah sakit ini memiliki ruang tunggu untuk pengunjung, perawat wanita dari Sudan, masjid untuk pasien untuk berdoa dan belajar, dokter reguler dan tim Fuqaha al-Badan, sekelompok ulama yang mempraktikkan kedokteran dan yang layanan medisnya termasuk transfusi darah, pengaturan tulang, dan kauterisasi.
Rumah sakit ini juga memiliki bangsal khusus untuk penderita kusta yang disebut Dar al-Judhama, dibangun di dekat rumah sakit Al-Qayrawan, pada saat di tempat lain kusta dianggap sebagai tanda kejahatan yang tidak dapat diobati. Pembiayaan RS ini didapat dari kas negara, dan infak pribadi untuk meningkatkan pendapatan rumah sakit sehingga perawatan terbaik dapat diberikan.
Selain Al Qayrawan di Tunisia, pada abad ke-13, Kairo memiliki tiga rumah sakit yang paling terkenal adalah Rumah Sakit Al-Mansuri. Ketika penguasa Mamluk abad ke-13 di Mesir, Al-Mansur Qalawun (sultan 1279-1290), masih menjadi seorang pangeran, ia jatuh sakit karena sakit ginjal selama ekspedisi militer di Suriah.
Perawatan yang diterimanya di Rumah Sakit Nuri Damaskus sangat baik sehingga dia bersumpah mendirikan institusi serupa segera setelah dia naik takhta. Sesuai dengan kata-katanya, dia membangun Rumah Sakit Al-Mansuri Kairo.
"Saya dengan ini mengabdikan wakaf-wakaf ini untuk kepentingan orang-orang yang sederajat dan bawahan saya, untuk prajurit dan pangeran, yang besar dan yang kecil, yang merdeka dan budak, untuk pria dan wanita," ujar Al-Mansur Qalawun.
Rumah Sakit Mansuri dibangun dengan empat pintu masuk, masing-masing memiliki air mancur di tengahnya. Sultan Mamluk Qalawun memastikan tempat itu memiliki staf yang tepat dengan para dokter dan perlengkapan yang lengkap untuk perawatan orang sakit.