Rabu 04 Nov 2020 22:51 WIB

4 Nabi yang Dijadikan Tolok Ukur Ibadah Kelak di Akhirat 

Allah SWT menjadikan 4 nabi sebagai tolok ukur ibadah

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Nashih Nashrullah
Allah SWT menjadikan 4 nabi sebagai tolok ukur ibadah Bersujud (ilustrasi).
Foto: Reuters
Allah SWT menjadikan 4 nabi sebagai tolok ukur ibadah Bersujud (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Terkadang kita mencari-cari alasan untuk lalai melakukan ibadah kepada Allah SWT entah sholat, puasa, dan lainnya. Orang kaya akan mengeluhkan kesibukannya, orang miskin akan mengeluhkan kesulitan hidupnya dan berbagai kondisi lainnya.

Tapi tahukah kita semua kondisi yang dialami manusia pernah dirasakan orang-orang terdahulu dan mereka tetap pada ketaatannya. Setidaknya ada empat Nabi yang pernah merasakan kondisi kaya, miskin, sibuk, sakit yang dialami tapi tetap taat kepada Allah SWT.

Baca Juga

Syekh Muhammad Nawawi bin Umar Al-Jawi dalam kitabnya Nashaihul Ibad menuliskan ada empat Nabi, yakni Sulaiman, Isa, Yusuf, dan Ayub yang kisah hidupnya mencerminkan berbagai kondisi manusia. Namun mereka tidak meninggalkan kewajibannya untuk beribadah.

"Sesungguhnya nanti pada hari kiamat, Allah berhujjah dengan empat orang terhadap empat golongan manusia yang lain. Allah berhujjah kepada orang-orang yang kaya dengan kekayaannya Nabi Sulaiman bin Dawud. Terhadap hamba sahaya, Allah mengemukakan Nabi Yusuf. Terhadap orang sakit, Allah mengemukakan Nabi Ayub. Dan atas orang-orang fakir Allah mengemukakan Nabi Isa."

Syekh Muhammad Nawawi menjelaskan Allah akan bertanya kepada orang kaya yang melalaikan ibadah, “Mengapa kalian tidak beribadah kepada-Ku?”. Kemudian mereka menjawab, “Ya Allah kami sibuk dengan banyaknya harta dan tahta kerajaan kami," 

Allah lalu menyanggah alasan orang kaya dan menjadikan Nabi Sulaiman sebagai gambaran orang kaya yang taat beribadah. 

“Takhta kekuasaan manakah yang lebih besar dari kerajaan Nabi Sulaiman? Dan harta milik siapa yang lebih banyak daripada harta yang dimilikinya?. Toh, dia (Sulaiman) tidak pernah meninggalkan ibadah," kata Allah.

Terhadap hamba sahaya yang sibuk melayani tuannya, Allah menyanggah, "Hamba-Ku si Yusuf juga menjadi hamba yamg melayani petinggi Mesir sekalian. Tapi ia tetap menjalani ibadah," jelas Allah.

Terhadap orang sakit yang meninggalkan ibadah karena sedang sakit, Allah menyanggah, "Hamba-Ku si Ayub juga sakit, bahkan lebih parah, tapi ia tidak pernah meninggalkan ibadah," kata Allah.

Terhadap orang fakir yang meninggalkan ibadah karena kesulitan hidupnya, Allah menyanggah, "Hamba-Ku si Isa adalah orang yang melarat di dunia, ia tidak punya rumah, harta juga istri. Tapi ia tidak pernah meninggalkan ibadah," jelas Allah.  

Percakapan di atas merupakan penegasan kembali tentang kewajiban dan tujuan manusia diciptakan Allah SWT. Sebagaimana sering seorang Muslim ucapkan di setiap shalatnya, "Sungguh shalatku, ibadahku, hidupku, dan mati ku hanya untuk Allah."

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement