Kamis 05 Nov 2020 08:17 WIB

Harga Minyak Naik Usai Trump Klaim Kemenangan

Kemenangan Trump dipandang sebagai bullish untuk minyak karena sanksi terhadap Iran.

Ilustrasi Kilang Minyak
Foto: Reuters/Shamil Zhumatov
Ilustrasi Kilang Minyak

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak naik hampir empat persen pada akhir perdagangan Rabu (4/11), setelah Presiden Donald Trump mengklaim kemenangan dalam pemilihan AS yang ketat dengan jutaan suara masih harus dihitung. Sementara itu, data menunjukkan penurunan besar dalam persediaan minyak mentah AS.

Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember mengakhiri sesi dengan kenaikan 1,49 dolar AS atau 4,0 persen, pada 39,15 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari ditutup bertambah 1,52 dolar AS atau 3,8 persen, menjadi 41,23 dolar AS per barel.

Baca Juga

Kemenangan Trump dipandang sebagai bullish untuk minyak karena sanksi terhadap Iran dan dukungannya untuk pemotongan produksi minyak yang dipimpin Saudi mendukung harga.

Hasil yang diperebutkan dan ketidakpastian yang berkepanjangan dipandang sebagai hasil paling bearish untuk minyak dan pasar secara umum. Sementara kemenangan untuk Joe Biden akan dilihat sebagai bearish hingga netral karena dukungannya untuk kebijakan hijau dan sikap yang lebih lembut terhadap Iran.

Kedua patokan memperpanjang kenaikan ke sesi tertinggi setelah data menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun 8,0 juta barel pekan lalu ketika Badai Zeta memaksa penurunan produksi di Teluk Meksiko selama periode tersebut.

Ekspor minyak mentah mingguan AS turun 1,2 juta barel per hari (bph) menjadi sekitar 2,3 juta bph pekan lalu. Ini merupakan penurunan terbesar sejak Januari, dan produksi turun 600.000 bph menjadi 10,5 juta bph.

Trump mengklaim telah menang setelah penantangnya dari Demokrat Biden, mengatakan dia yakin akan memenangkan kontes yang tidak akan diselesaikan sampai beberapa negara bagian menyelesaikan penghitungan suara dalam beberapa jam atau hari ke depan.

“Mungkin kesimpulan terbesar yang dapat ditarik pada tahap ini adalah bahwa hanya ada kemungkinan kecil bahwa insentif pajak minyak dan gas yang ada akan dihapus di AS - bahkan jika Biden muncul sebagai pemenang - mengingat margin kemenangan yang sempit dan kemungkinan Republik mayoritas di Senat AS,” kata Artem Abramov, kepala Riset minyak serpih di Rystad Energy.

Wall Street melonjak dan dolar AS menguat terhadap sekelompok mata uang. Pemilihan presiden yang terlalu ketat membuat para pedagang bertaruh pada Senat yang terbelah yang akan menjaga stimulus tetap mengalir tetapi menahan kenaikan pajak dan regulasi.

Harga minyak juga didukung oleh kemungkinan produsen OPEC dan Rusia dapat mempertimbangkan untuk menunda rencana kenaikan produksi minyak OPEC Plus mulai Januari karena gelombang virus corona kedua menghambat pemulihan permintaan bahan bakar.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC Plus, sebelumnya setuju untuk mengurangi pemotongan sebesar dua juta barel per hari dari 7,7 juta barel per hari saat ini mulai Januari.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement