REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berupaya meningkatkan inklusi keuangan masyarakat bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) melalui pendekatan digital. Optimalisasi akses digital diterapkan agar pelaku UMKM bisa efektif membesarkan usahanya dengan memanfaatkan teknologi.
Direktur Digital, Teknologi Informasi dan Operasi BRI, Indra Utoyo, mengatakan melalui pendekatan digital, BRI dapat memenuhi segala kebutuhan nasabah secara cepat dan efektif. Adapun cara ini juga ampuh untuk menjangkau nasabah dan pelaku usaha yang ada di penjuru negeri.
“Pendekatan digital dikedepankan BRI karena basis layanan keuangan masyarakat sudah berubah. Sekarang, pusat layanan keuangan bagi masyarakat tidak terpaku di kantor-kantor bank, melainkan langsung dari genggaman masing-masing nasabah,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (5/11).
Menurutnya revolusi industri 4.0 membuat layanan keuangan bisa diakses dimanapun, kapanpun, dan untuk apa pun. Nantinya melalui ekosistem digital yang ada, kesulitan pengusaha kecil, petani, nelayan, dan pedagang dalam mengakses berbagai layanan finansial serta mengembangkan bisnis bisa teratasi.
“Hal ini adalah era open banking, karena itu BRI memandang pentingnya penyediaan layanan digital untuk memenuhi kebutuhan nasabah," ucapnya.
Indra mencontohkan ekosistem digital BRI nasabah UMKM bisa mengajukan kebutuhan pembiayaan secara daring dan diproses hanya dalam hitungan menit. Selain itu, mereka juga bisa mengambil uang tanpa harus pergi ke bank dengan memanfaatkan keberadaan 466 ribu lebih Agen BRILink di 53 ribu desa lebih di Indonesia.
"Sistem digital ini benar-benar mengedepankan kebutuhan nasabah, dan menjadikan mereka sebagai pusat orientasi layanan kami. Kemudahan melakukan transaksi keuangan mikro muncul karena digitalisasi. Pada akhirnya, nasabah yang berprofesi sebagai pedagang, petani, atau nelayan tak perlu lagi repot-repot pergi ke kantor bank hanya demi melakukan transfer, menarik uang, atau mengajukan kredit," ucapnya.
Menurutnya pendekatan digital juga mempermudah pelaku UMKM dalam mengakses pasar yang lebih luas untuk memasarkan produknya melalui platform digital BRI yakni pasar.id, stroberi dan Indonesia Mall. Adanya ketiga platform ini, pengusaha mikro dan kecil bisa menjangkau calon pembeli dari manapun, dan melayani kebutuhan mereka dengan sistem pemesanan dan pengantaran daring.
“Masyarakat yang belum memiliki rekening BRI juga bisa dengan mudah membuka tabungan tanpa harus pergi ke kantor cabang terdekat. Mereka hanya perlu mengakses laman bukarekening.bri.co.id untuk memiliki tabungan BRI, atau melalui layanan berbagai platform seperti LinkAja, Shopee, Traveloka, Tokopedia, Grab, dan BenihBaik.com,” ucapnya.
Indra menyebut layanan membuka rekening secara daring menjadi solusi bagi pengusaha kecil yang selama ini belum memiliki tabungan karena harus meluangkan waktu untuk ke kantor bank.
“Sekarang, mereka bisa menjadi nasabah BRI langsung dari rumah atau tempat bekerjanya," ucapnya.
Untuk memastikan berbagai layanan digital ini berfungsi baik, BRI memiliki platform BRIBrain yang berfungsi menyimpan, memproses dan mengonsolidasikan informasi dari berbagai aliran data. BRI juga terus memperkuat infrastruktur digital dengan pemanfaatan Artificial Intelligence dan Machine Learning.
Optimalisasi big data menjadi arah BRI untuk memperlancar dan mempercepat penyaluran kredit maupun berbagai stimulus pemerintah secara tepat sasaran kepada UMKM. Data terkait UMKM menjadi penting guna mendukung pemulihan ekonomi nasional mengingat segmen ini menjadi backbone ekonomi Indonesia.
Tercatat sektor UMKM pada 2019 menjadi kontributor penting terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia sebesar 60 persen dan berkontribusi 14 persen terhadap total ekspor nasional. "Kami sadar, ke depan mantranya adalah kecepatan. Siapa yang cepat, dia makan yang lambat. Karena itu BRI membangun open innovation ecosystem, berpartner dengan berbagai platform, dan mengedepankan pendekatan digital agar terus mengimbangi perubahan cepat yang terjadi," ucapnya.