Selasa 10 Nov 2020 00:00 WIB

Di Rapat Paripurna, FPKB Pertanyakan Pupuk Bersubsidi

FPKB menilai pupuk bersubsidi langka di lapangan dan tak merata

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Nashih Nashrullah
Ketua F-PKB Cucun Ahmad Syamsurijal menilai pupuk bersubsidi langka di lapangan dan tak merata
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Ketua F-PKB Cucun Ahmad Syamsurijal menilai pupuk bersubsidi langka di lapangan dan tak merata

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –  DPR RI kembali membuka masa sidang dengan Rapat Paripurna pada Senin (9/11). Dalam rapat tersebut, perkara kelangkaan pupuk subsidi yang dikeluhkan petani di berbagai daerah ikut disuarakan.   

Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Cucun Ahmad Syamsurijal, menyoal Kelangkaan Pupuk tersebut. Cucun membeberkan sulitnya petani di dapilnya Jabar II Kabupaten Bandung dan Bandung Barat mendapatkan pupuk subsidi.  

Baca Juga

"Kemarin kami di wilayah Ciwiday Kabupaten Bandung, Pengalengan, Kertasari, mereka menjerit, ketika harus beli pupuk 250 ribu yang biasanya 90 ribu satu karung," kata Cucun saat rapat paripurna, Senayan, Jakarta, Senin (9/11). 

Cucun pun mendesak DPR membuat surat kepada stakeholder (pemangku kepentingan) terkait, untuk segera membereskan masalah pupuk subsidi yang sampai saat ini masih terjadi. 

"Ini perlu dibuatkan surat dari DPR kepada stakeholder yang menangani kartu tani ini baik di Kementan kemudian juga alur subsidi dari Kemenkeu ini bagaimana kesepakatan yang sudah diambil DPR, migrasi daripada subsidi korporasi kepada subsidi ke orang. Ini sudah baik sebetulnya tetapi prosesnya harus betul-betul siap dulu," kata Cucun. 

Lebih lanjut, kebijakan kartu tani yang diterima petani menurut Cucun belum begitu masif diterima para petani di daerah. Ia menekankan, jangan sampai petani yang menjadi korban. Menurut  Cucun, pupuk subsidi yang tak bisa diakses itu merupakan masalah serius.  

"Jangan sampai mereka yang biasa membeli pupuk hanya 90 ribu sekarang harus beli 250 ribu. Karena mereka yang tidak punya kartu tani tidak bisa beli," ujar Cucun menambahkan.     

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement