REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia resmi resesi setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di kuartal III 2020 minus 3,49 persen. Meski demikian, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru menunjukkan tren yang positif.
Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Hariyanto Wijaya memproyeksi, IHSG akan melanjutkan pemulihannya hingga akhir tahun. "Sesuai view kami, walau Indonesia dalam resesi, IHSG polanya recover," kata Hariyanto, Jumat (13/11).
Haryanto mengatakan pulihnya kinerja IHSG hingga akhir tahun ditopang oleh sentimen pengembangan vaksin Covid-19. Para pelaku pasar menilai vaksin merupakan kunci dari perbaikan ekonomi sehingga perkembangannya akan selalu menjadi perhatian pasar.
Sentimen lainnya yang mendorong penguatan IHSG yaitu optimisme pasar terhadap kemenangan Joe Biden atas Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS). Kemenangan Biden ini akan berdampak positif bagi Indonesia terutama di sektor tambang.
Dalam kampanyenya, Biden mengusung penggunaan energi bersih atau green energy. Menurut Hariyanto, ini akan berdampak terhadap peningkatan pemanfaatan energi terbarukan. Salah satu komoditas yang akan mengalami kenaikan permintaan yaitu nikel.
"Dengan green energy, Biden akan membutuhkan nikel untuk keperluan teknologi baterai, Indonesia sendiri merupakan negara dengan produksi nikel terbesar dunia," ujar Hariyanto.
Selain itu, kata Hariyanto, harga komoditas juga akan cenderung naik seiring dengan melemahnya nilai tukar dolar AS akibat Biden Effect. Beberapa faktor tersebut dinilai akan sangat menguntungkan emiten komoditas dan memberikan dorongan yang positif bagi pergerakan IHSG.