REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Instianti Elyana
Di era digital saat ini personal branding menjadi sangat penting pada kelompok masyarakat pendidik. Keahlian sangat dibutuhkan untuk menunjang personal branding. Personal branding seorang pendidik diutamakan sesuai keahliannya masing-masing. Banyak dosen yang saat ini memerlukan personal branding untuk meningkatkan kualitas keahlian sesuai dengan bidang keilmuan yang dimilikinya.
Dengan memanfaatkan teknologi saat ini, seseorang dapat mengembangkan diri menjadi sebuah investasi besar, terutama untuk masa depan. Penilaian orang lain menjadi peluang untuk dapat dikenal oleh orang banyak. Peluang seseorang untuk dapat dikenal saat ini lebih luas dan dapat dikembangkan dengan pencintraan diri. Lalu apa pencitraan diri dan apa bedanya dengan personal branding?
Menurut Philip Kotler (2009: 299), arti pencitraan adalah seperangkat keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek sedangkan personal branding adalah sebuah cara memasarkan diri atau citra kita secara individu.
Memiliki kemampuan terutama di dunia digital membuat orang akan tertarik dan mengenal serta menyesuaikan dengan ilmu yang digelutinya. Namun seiringnya dengan bertambahnya ilmu bukan berarti harus berlebihan dalam mengeksplor diri dalam membangun personal branding terutama di media sosial. Berapa persenkah sebaiknya kita personal branding melalui internet?
Masih menjadi pembahasan dan diskusi mengenai penghitungan dalam branding terutama dalam persentase. Namun dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda, sesuai dengan keahlian di bidang masing-masing, 80 persen personal branding harus menampakkan segi keahliannya agar masyarakat percaya dan punya daya tarik publik tersendiri.
*) Penulis adalah dosen UBSI Prodi Administrasi Bisnis