REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia menyarankan pemerintah agar mempermudah birokrasi penerbitan izin impor gula mentah (raw sugar) sehingga prosesnya tidak memakan waktu lama. Penegasan tersebut terkait dengan rencana pemerintah untuk memberikan izin impor garam dan gula kebutuhan industri kepada industri pengguna secara langsung.
"Itu saran kami dan lebih tepat daripada mengubah pemberian izin langsung kepada industri makanan dan minuman," kata Sekjen Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) Indra Suryaningrat dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (23/11).
Menurut Indra, jika hal itu dilakukan maka akan berpotensi terjadi penambahan waktu proses penerbitan izin importasi karena diperlukan audit dan pengawasan yang ekstra ketat kepada masing-masing mereka sebelum izin diberikan.
Karena itu, pihaknya hingga saat ini masih perlu menunggu kejelasan akan hal tersebut.
Yang pasti, katanya, proses importasi gula mentah sangat tergantung dengan regulasi pemerintah. "Terus terang hal ini yang selalu diperjuangkan kami setiap saat, agar keberlangsungan suplai gula kristal rafinasi (GKR) dari kami ke pabrik industri makanan dan minuman lancar," katanya.
Dia menilai jika hal ini dihadapi oleh industri makanan dan minuman yang jumlahnya ratusan bahkan ribuan, maka dimungkinkan akan terjadinya kesulitan. Belum lagi proses importasi dari negara produsen juga tidak mudah, mulai dari proses pembelian, kesiapan infrastruktur dan banyak hal yang sering terjadi di luar prediksi.
"Namun, prinsip kami akan selalu mendukung program pemerintah dalam menciptakan perekonomian Indonesia menjadi lebih baik," katanya.
Belum terbit
Ditanya apakah saat ini rekomendasi impor gula mentah 2021 sudah diterbitkan oleh pemerintah, dia menjawab rekomendasi impor belum diterbitkan. "Kami masih menunggu dari Kemenperin," katanya.
Saat ini gula mentah dari Thailand sudah habis dan gula mentah Australia hampir selesai panen tebu pada pertengahan/akhir November, sedangkan sisanya sudah menipis.
Karena itu, perolehan gula mentah saat ini hanya dimungkinkan dari Brasil. "Proses importasi gula mentah dari Brazil memerlukan waktu kurang lebih 45–60 hari," katanya.
Ia menambahkan, berdasarkan laporan dari anggota AGRI bahwa stok gula mentah dan produk GKR hanya mampu mencukupi sampai dengan akhir Desember 2020.
Data AGRI menyebutkan, kebutuhan gula mentah dihitung berdasarkan kebutuhan GKR dari industri makanan dan minuman. Prediksi kebutuhan GKR tahun depan ada peningkatan sekitar lima persen.
Jika tahun ini kebutuhan gula mentah sebanyak 3,2 juta ton maka pada tahun depan menjadi 3,36 juta ton.