Rabu 25 Nov 2020 17:20 WIB

Ecoton Dorong Pembentukan Fish Rescue Center di Kali Brantas

Saat ini spesies ikan di Kali Brantas terancam punah.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Dwi Murdaningsih
Aktivis lingkungan hidup dari Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) membentangkan poster saat aksi evakuasi popok di anakan sungai Brantas, Kota Kediri, Jawa Timur, Selasa (21/7/2020). Tim peneliti Ecoton menemukan sejumlah polutan berbahaya di sungai brantas hasil dari pembuangan popok bayi yakni kandungan klorin dan mikroplastik di atas ambang batas normal yang dapat merusak ekosistem sekaligus berbahaya bagi kesehatan manusia.
Foto: ANTARA/Prasetia Fauzani
Aktivis lingkungan hidup dari Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) membentangkan poster saat aksi evakuasi popok di anakan sungai Brantas, Kota Kediri, Jawa Timur, Selasa (21/7/2020). Tim peneliti Ecoton menemukan sejumlah polutan berbahaya di sungai brantas hasil dari pembuangan popok bayi yakni kandungan klorin dan mikroplastik di atas ambang batas normal yang dapat merusak ekosistem sekaligus berbahaya bagi kesehatan manusia.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) mendorong pemerintah membentuk pusat penyelamatan ikan (Fish Rescue Center) di Kali Brantas. Keberadaan wadah ini dapat membantu menyelamatkan spesies ikan di sungai terbesar di Jawa Timur (Jatim) tersebut.

Peneliti Senior dari Ecoton Indonesia, Andreas Agus Kristanto Nugroho menerangkan, pusat penyelamatan ikan dapat menjadi tempat belajar bersama dengan masyarakat. Setidaknya diharapkan bisa mempunyai komitmen bersama untuk menyelamatkan spesies ikan di Kali Brantas.

Baca Juga

"Sambil dorong pemerintah daerah untuk membuat standar operasional prosedur ketika ada kejadian ikan mati massal itu harus seperti apa," kata Andreas dalam series diskusi daring yang dilaksanakan Ecoton Indonesia.

Saat ini spesies ikan di Kali Brantas terancam punah. Tercatat, hanya 30 dari total 87 spesies ikan yang masih bertahan hidup di sungai tersebut. Hal ini disebabkan beberapa faktor seperti pencemaran air, mikroplastik dan sebagainya.

Sebuah penelitian menyebutkan 20 persen ikan di Kali Surabaya telah berubah menjadi interseks. Riset ini diperkuat oleh Ecoton dengan temuan 73 persen ikan teridentifikasi memiliki kandungan mikroplastik di saluran pencernaannya. Hal ini berarti senyawa kimia penganggu endoktrin atau Endocrine Disrupting Chemicals (EDC) juga turut masuk ke dalam tubuh ikan.

Senyawa EDC yang berada di aliran sungai dapat menghambat kematangan sel jantan ikan. Di sisi lain, senyawa ini juga dapat mempercepat kematangan sel telur betina. "Jadi waktu matangnya tidak pernah ketemu, ikan betina siap, tapi jantannya terhambat sehingga tidak bisa berkembang biak dan mempengaruhi jumlah keanekaragaman hayati kita," ungkap Andreas.

Melihat fakta demikian, Ecoton mendorong pemerintah segera menindaklanjuti permasalahan ikan di Kali Brantas. Dalam hal ini terutama permasalahan limbah yang telah mencemari perairan Kali Brantas. Meski Kali Brantas masuk dalam kewenangan pusat, Andreas berharap, pemerintah daerah tidak lepas tanggung jawab mengenai hal tersebut.

"Jangan tunggu jadi langka dan musnah, baru melakukan sesuatu. Tapi kita harus dahulukan yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan ikan yang tersiksa karena fragmen plastik, yang tersiksa karena limbah," ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement