Ahad 29 Nov 2020 19:01 WIB

Munas Muhammadiyah Fokus Bahas Persoalan Kebangsaan

Muhammadiyah menggelar Munas.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil
Munas Muhammadiyah Fokus Bahas Persoalan Kebangsaan. Foto: Logo Muhammadiyah.
Foto: Wikipedia
Munas Muhammadiyah Fokus Bahas Persoalan Kebangsaan. Foto: Logo Muhammadiyah.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menggelar Musyawarah Nasional (Munas) Tarjih ke-31 secara daring dan luring hari ini, Ahad (29/11). Acara yang dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Gresik ini diikuti oleh sekitar 280 orang, yang terdiri dari Anggota PP Muhammadiyah, Pimpinan dan Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid tingkat pusat, perwakilan Majelis, Lembaga, Biro, dan Organisasi Otonom Tingkat Pusat, Perwakilan Wilayah, dan undangan khusus dari kalangan ahli atau pakar Islam. Masyarakat secara luas baik Muhammadiyah maupun bukan dapat mengikuti rangkaian pembukaan Munas secara streaming melalui Facebook dan YouTube resmi Muhammadiyah.

Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, Saad Ibrahim mengatakan, acara ini sejatinya telah mengalami beberapa kali perubahan jadwal karena adanya pandemi. Dia bersyukur Munas ke-31 ini dapat tetap terlaksana meskipun dengan peserta luring yang terbatas.

Baca Juga

 "Acara munas ini telah ditunda beberapa kali dan Alhamdulillah bisa diadakan hari ini," kata Saad saat membuka Munas Tarjih Muhammadiyah ke-31 di Gresik yang juga disiarkan secara daring di TVMu, Ahad (29/11).

"Munas ini bagian dari khidmat muhammadiyah untuk umat, bangsa dan kemanusiaan. Banyak sisi yang harus diperhatikan terkait dengan ketarjihan yang dilakukan muhammadiyah dan ini terjadi bukan hanya di Jawa timur namun juga di banyak wilayah lain. Ada dimensi metodologis yang perlu kita kuasai baik dari konteks ilmu fiqih, Alquran dan hadis, hingga pendidikan," ujarnya menambahkan.

Dalam Munas yang bertema 'Mewujudkan nilai-nilai keislaman yang maju dan mencerahkan' ini, prioritas masalah yang dibahas adalah mengenai zakat dalam konteks kontemporer dan pertanian serta beberapa diskusi mengenai persoalan masyarakat dan kebangsaan.

“Dalam kaitan dengan ini banyak sisi-sisi yang harus menjadi perhatian kita terkait dengan ketarjihan yang dilakukan oleh Muhammadiyah. Dimensi-dimensi itu rasanya juga terjadi di banyak kawasan tidak hanya di Jatim, dan ini insya Allah menjadi perhatian PP Muhammadiyah melalui majelis Tarjih dan Tajdid,” ungkapnya.

Menurut Saad, ada dimensi-dimensi metodologis yang harus terus diupayakan dikuasai para ulama Muhammadiyah. Baik dalam konteks ushulil fiqih, maupun al-qawaid al-fiqhiyah, bahkan juga ulumul qurán dan hadits. Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih dan Tajdid telah kemudian meletakkan paradigma-paradigma tentang ushul al aqidi pengembangan ilmu pengetahuan melalui paradigm al-bayaniu al-burhaniu dengan kemudian al-irfaniu tentu dalam konteks yang jelas.

“Yang kedua pilihan prioritas terhadap masalah-masalah tentu saja terutama masalah kebangsaan bahkan masalah global. Kalau kali ini Munas Tarjih membicarakan mengenai zakat dalam kontek kontemporer bahkan kaitannya juga dengan pertanian dan lain sebagainya, ini kaitannya dengan prioritas seperti itu sementara ini dilihat dan akan diselesaikan,” lanjutnya.

Muhammadiyah juga dalam konteks berkhidmat pada umat, bangsa dan kemanusiaan itu tidak saja kemudian melahirkan putusan-putusan tapi juga fatwa-fatwa bahkan juga wacana-wacana yang itu semua termasuk juga kaitannya dengan perundang-undangan yang ada di Republik ini. Juga tidak kalah pentingnya terkait dengan tanfidz lalu membangun mindset diantara warga Muhammadiyah untuk mengikuti garis yang telah ditentukan PP Muhammadiyah, kata dia.

“Dan di atas semua itu sekali lagi kemudian Muhammadiyah mempersembahkan untuk Munas Tarjih ini, untuk membenahi hal-hal yang saya kira memang perlu dibenahi baik terkait keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan,” pungkasnya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement