REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan pada Jumat (4/12) bahwa dirinya berharap Prancis segera menyingkirkan Presiden Emmanuel Macron.
Erdogan menilai Marcon hanya akan menjadi beban bagi Prancis yang sedang melalui masa-masa berbahaya.
Hubungan antara Turki dan Prancis masih sangat tegang dalam beberapa bulan terakhir. Perbedaan kebijakan di Suriah dan penerbitan karikatur tentang Nabi Muhammad (SAW) di Prancis menjadi salah satu sumber ketegangan berkepanjangan.
“Macron membebani Prancis. Macron dan Prancis sebenarnya sedang melalui periode yang sangat berbahaya,” kata Erdogan kepada wartawan, merujuk pada protes yang dilakukan di kota-kota Prancis.
"Harapan saya adalah Prancis menyingkirkan masalah Macron secepat mungkin," tegas Erdogan dilansir dari Abna24, Ahad (6/12).
Ankara dan Paris juga saling menuduh atas peran mereka dalam konflik Nagorno-Karabkah. Menurut Prancis, Turki memicu pertempuran antara Armenia dan Azerbaijan atas Nagorno-Karabakh, yang diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi dihuni etnis Armenia.
Ankara, yang mendukung etnis Turki di Azerbaijan selama pertempuran berpekan-pekan yang mengusir pasukan Armenia dari wilayah sekitar Nagorno-Karabakh, jelas membantahnya.
Menurut Turki, Prancis sebagai salah satu ketua kelompok Minsk yang dibentuk untuk menengahi masalah tersebut, tidak objektif.
Sebagai mediator, kata Erdogan, Paris tidak lebih karena dukungannya untuk Armenia dan mengecam resolusi Senat Prancis yang mendesak agar Nagorno-Karabakh diakui sebagai sebuah republik.
Presiden Azeri, Ilham Aliyev, memiliki beberapa nasihat untuk Prancis. "Jika mereka begitu mencintai orang Armenia, maka mereka harus memberikan Marseilles kepada orang Armenia. Pun jika mereka sangat mencintai mereka, mereka harus memberikan Marseilles kepada orang-orang Armenia," katanya.
Sumber: https://en.abna24.com/news//erdogan-hopes-france-will-get-rid-of-macron-burden-soon_1092322.html