Selasa 08 Dec 2020 23:54 WIB

Muhammadiyah: Segera Otopsi dan Olah TKP oleh Tim Independen

Muhammadiyah mendesak pembentukan tim independen

Rep: Febrianto Adi Saputro / Red: Nashih Nashrullah
Sejumlah aparat kepolisian berjaga di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (8/12/2020). Pengamanan dilakukan untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan menyusul insiden penembakan di ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek pada Senin (7/12), dimana enam jenazah pengikut Rizieq Shihab saat ini masih di otopsi di ruang Instalasi Kedokteran Forensik RS Polri.
Foto: ANTARA/Indrianto Eko Suwarso
Sejumlah aparat kepolisian berjaga di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (8/12/2020). Pengamanan dilakukan untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan menyusul insiden penembakan di ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek pada Senin (7/12), dimana enam jenazah pengikut Rizieq Shihab saat ini masih di otopsi di ruang Instalasi Kedokteran Forensik RS Polri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menanggapi kematian enam anggota Front Pembela Islam (FPI) yang terjadi usai bentrok dengan pihak kepolisian pada Senin (7/12) dini hari. 

Dalam pernyataan sikapnya, Ketua Majelis Hukum dan HAM PP Muhammadiyah, Trisno Raharjo, mengatakan bahwa kasus tersebut menjadikan catatan penegakkan hukum di Indonesia terasa kelam. 

Baca Juga

"Karenanya, saat ini perlu disikapi secara sungguh-sungguh oleh para pengemban kepentingan khususnya para penegak hukum guna menjaga pola penanganan perkara yang menghindari khususnya penggunaan kekerasan senjata api yang hanya sebagai upaya terakhir, secara terukur sesuai SOP dan tepat sasaran, sebagaimana hukum yang berlaku," kata Trisno dalam konferensi pers yang digelar secara daring, Selasa (8/12). 

Trisno mengatakan, tewasnya enam anggota FPI tersebut seolah pengulangan terhadap berbagai peristiwa meninggalnya warga negara akibat kekerasan dengan senjata api oleh petugas negara di luar proses hukum yang seharusnya dan melalui pengadilan. Sebelumnya peristiwa serupa juga menimpa Pendeta Yeremias Zanambani di Papua, kematian Qidam di Poso, dan lainnya.