REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), KH Adian Husaini berharap Majelis Ulama Indonesia (MUI) lebih fokus merekrut dan mencetak dai-dai yang bisa berkomunikasi dengan kalangan milenial. Ketua Umum DDII juga menyambut baik MUI yang ingin merangkul sekitar 30 persen umat Islam di Indonesia yang tidak berafiliasi dengan ormas-ormas Islam.
"Kalau saya melihat karakteristik generasi muda ini tergantung kepada kemasan yang disampaikan, saya lebih melihat MUI (sebaiknya) lebih fokus merekrut mencetak dai-dai yang mampu berkomunikasi dengan generasi milenial," kata Kiai Adian kepada Republika.co.id, Jumat (11/12).
Ia menyampaikan, banyak sosok dai yang mampu berkomunikasi dengan milenial, terutama yang menggunakan media sosial. "Bukan hanya (dengan generasi) milenial (tapi semua umat Islam), MUI harus mampu untuk komunikasi, itu yang lebih penting, daripada (fokus pada masalah afiliasi) ormas atau non-ormas," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi (Infokom) MUI KH Masduki Baidlowi menjelaskan salah satu tantangan MUI saat ini adalah merangkul sekitar 30 persen umat Islam di Indonesia yang tidak berafiliasi dengan ormas-ormas Islam. Hal ini ia ungkapkan dalam kegiatan Halaqah Pimpinan Media Massa MUI Pusat secara daring pada Kamis (3/12).
MUI menyampaikan, angka 30 persen ini merupakan hasil survei. Peran MUI sangat diperlukan agar bisa menyatukan semuanya ke dalam satu visi bangsa. Kalangan masyarakat tanpa ormas ini mayoritas di antaranya adalah milenial.
Menurut data, milenial lebih memilih berguru atau mencari ilmu keislaman melalui tokoh-tokoh idolanya. Terutama tokoh-tokoh agama yang melakukan dakwah melalui jalur dunia maya atau media sosial.
"Kalangan milenial itu justru masa depan kita. Kalau misalnya yang mereka serap keilmuannya itu dari media sosial yang memiliki paham-paham yang keras, ini yang saya kira menjadi garapan terbesar MUI," ujar Kiai Masduki dilansir di laman resmi MUI.
Ia mengatakan, selain mengaktifkan dakwah digital dan media sosial untuk merangkul masyarakat non ormas, diperlukan upaya nyata, antara lain melibatkan pondok pesantren dan perguruan tinggi Islam di Indonesia. Peran pondok pesantren dan perguruan tinggi sangat diperlukan sebagai langkah dalam mewujudkan cita-cita bangsa, yakni Islam wasathiyah.
"Setiap Munas, MUI selalu mengundang pesantren sebagai sebuah perwakilan formatur dan perguruan tinggi juga diundang, karena ini semua ini menjadi pilar-pilar dalam Islam wasathiyah itu,” katanya.