2. Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz Al Saud
Pengaruh Raja Salman lantaran menjadi raja absolut dari negara Arab yang paling kuat dan dimanifestasika peran yang dimainkan Arab Saudi di tiga bidang penting.
Di antaranya adalah memiliki dua kota suci Makkah dan Madinah, yang dikunjungi jutaan Muslim sepanjang tahun, mengekspor minyak mentah dan produk minyak sulingan, yang memastikan peran sentral internasionalnya, dan menyebarkan Islam melalui jaringan dakwahnya yang besar, yang membuat pengaruhnya terasa di semua negara Muslim.
Pada 21 Juni 2017, Raja Salman mengangkat putranya, Mohammed bin Salman bin Abdul-Aziz sebagai Putra Mahkota Kerajaan.
Raja Salman adalah gubernur Provinsi Riyadh dari 1955-60 dan 1963- 2011. Selama periode itu, dia mengawasi perkembangan ibu kota Riyadh dari kota kecil menjadi kota yang berkembang pesat dengan lebih dari 7 juta orang.
Dia memainkan peran utama dalam menarik proyek modal dan investasi asing ke negaranya dan meningkatkan hubungan politik dan ekonomi dengan Barat. Dia membangun reputasi yang kuat karena memiliki administrasi yang efisien dan bebas korupsi.
Perpindahan kekuasaan dari putra-putra pendiri Arab Saudi, Raja Abdul-Aziz, ke generasi baru, yang dikhawatirkan sebagian orang akan menjadi masalah yang akan memecah belah negara, sejauh ini berjalan sangat lancar.
Pangeran Muhammad bin Salman adalah Putra Mahkota kedua dari generasi baru yang diangkat oleh Raja Salman. Hal ini telah membawa perubahan dalam hukum yang memiliki dampak sosial yang monumental, perubahan seperti mengizinkan perempuan di Arab Saudi untuk bergerak bebas dan mengemudi, dan promosi bioskop dan konser musik.
3. Pemimpin Tertinggi Republik Islam Iran, Ayatullah Haji Sayyid Ali Khamenei
Khamenei adalah tokoh kunci dalam Revolusi 1979 dan menjabat sebagai Presiden antara 1981-1989 sebelum menggantikan Ayatollah Khomeini sebagai Pemimpin Tertinggi setelah kematiannya. Dia dengan vokal mendukung sebagian besar kerusuhan di Dunia Arab, menyamakannya dengan Revolusi Iran.
Khamenei memperoleh banyak pengaruh di Iran dari perannya sebagai pemimpin Revolusi Islam di Iran. Republik Islam Iran dibentuk dari Revolusi 1979. Memerangi apa yang dilihat banyak orang sebagai pemerintahan tirani Shah, Khamenei bergabung dengan Society of Combatant Clergy yang menggelar demonstrasi yang memobilisasi banyak protes yang mengarah pada penggulingan Shah.
Setelah revolusi 1979, Khamenei adalah salah satu anggota pendiri Partai Republik Islam, dan anggota majelis ahli yang bertanggung jawab untuk menyusun konstitusi baru Iran.
Khamenei juga berperan penting dalam perdamaian antara Syiah dan Sunni. Pada 2 September 2010, Khamenei mengeluarkan fatwa bersejarah yang melarang penghinaan terhadap simbol apa pun yang dianggap dihormati Sunni, termasuk namun tidak terbatas pada para sahabat dan istri Nabi. Fatwa ini diterima dengan apresiasi yang tinggi oleh Rektor Universitas Al-Azhar, Syekh Ahmad Al-Tayyeb.