Rabu 16 Dec 2020 08:07 WIB

Produksi Industri AS Naik 0,4 Persen, Didorong Otomotif

Sektor manufaktur naik 0,8 persen pada November, kenaikan bulanan ke-7 berturut-turut

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Aktivitas pabrik di Ford Motor Co. Tingkat produksi industri Amerika Serikat (AS) tumbuh 0,4 persen pada bulan lalu. Manufaktur menerima dorongan dari rebound output pada pabrikan mobil setelah mengalami penurunan selama tiga bulan.
Foto: AP Photo/Carlos Osorio
Aktivitas pabrik di Ford Motor Co. Tingkat produksi industri Amerika Serikat (AS) tumbuh 0,4 persen pada bulan lalu. Manufaktur menerima dorongan dari rebound output pada pabrikan mobil setelah mengalami penurunan selama tiga bulan.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Tingkat produksi industri Amerika Serikat (AS) tumbuh 0,4 persen pada bulan lalu. Manufaktur menerima dorongan dari rebound output pada pabrikan mobil setelah mengalami penurunan selama tiga bulan.

Bank sentral AS, The Federal Reserve, melaporkan, kenaikan output industri pada November mengikuti kenaikan yang lebih kuat pada bulan sebelumnya, yakni 0,9 persen. Bahkan, dengan kenaikan bulan lalu, produksi industri masih sekitar lima persen di bawah levelnya pada Februari, sebelum pandemi melanda.

Baca Juga

Sektor manufaktur naik 0,8 persen pada November, kenaikan bulanan ketujuh berturut-turut. Pertumbuhan bulan lalu banyak didorong dari rebound dalam produksi mobil. Produksi kendaraan bermotor dan suku cadang naik 5,3 persen, kenaikan bulanan terbesar sejak lonjakan 31 persen pada Juli. Tapi, setelah lockdown pada musim semi, produksi mobil turun pada Agustus hingga Oktober.

Sementara itu, output di sektor pertambangan yang meliputi produksi minyak dan gas, naik 2,3 persen. Seperti dilansir di AP News, Selasa (15/12), output utilitasnya turun 4,3 persen, mencerminkan mulainya cuaca hangat di November.

Industri AS beroperasi pada kapasitas 73,3 persen bulan lalu, masih di bawah tingkat pra pandemi 76,9 persen pada Februari. Kepala ekonom di PNC Financial Services Gus Faucher menjelaskan, terjadi kelebihan kapasitas di seluruh ekonomi AS yang akan menyulitkan perusahaan menaikkan harga.

Pada gilirannya, tren tersebut akan menjaga inflasi di bawah sasaran Federal Reserve, yakni dua persen, selama beberapa tahun ke depan. "Ini memungkinkan bank sentral melakukan banyak kelonggaran untuk menjaga suku bunga sangat rendah untuk mendukung pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung," ucap Faucher.

The Fed, mengadakan pertemuan terakhir tahun ini pada Rabu (16/12). Banyak ekonom memproyeksikan, bank sentral akan mempertahankan kebijakan suku bunga pada level terendah dari nol persen hingga 0,25 persen untuk membantu pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19. Ekonom juga memperkirakan, Fed tidak akan menaikkan suku bunga, setidaknya hingga 2024.

Ekonom senior AS di Capital Economics Michael Pearce memperkirakan kenaikan berkelanjutan dalam produksi, meskipun negara tersebut mengalami lonjakan baru dalam penyebaran kasus Covid-19.

"Perusahaan mulai membangun kembali persediaan selama beberapa bulan terakhir, kami menduga produksi terus meningkat, bahkan ketika konsumsi turun akibat pembatasan sosial selama beberapa bulan mendatang," ujarnya.

sumber : AP News
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement