Oleh : Adams Pratama Yanuar, Blogger/Mahasiswa UIN Jakarta/Pengurus PPI Dunia
Dalam beberapa bulan lalu, umat Islam tengah dikejutkan dengan adanya normalisasi hubungan tiga negara anggota Liga Arab, yaitu Bahrain, Uni Emirat Arab dan disusul dengan rencana normalisasi Sudan. Diawali dengan normalisasi hubungan Uni Emirat Arab dan Bahrain pada bulan September dan rencana normalisasi Sudan pada bulan Oktober, membuat peta geopolitik di kawasan Timur Tengah, terutama di kawasan teluk berubah dan semakin menunjukkan kebobrokan di internal Liga Arab.
Lain dulu lain sekarang, dulu di saat Mesir menandatangani perjanjian Camp David dengan Israel, Liga Arab bereaksi keras bahkan sempat mengucilkan Mesir dari organisasi tersebut. Sedangkan sekarang, sampai dua bulan terjadinya normalisasi tersebut pun belum ada respon secara resmi dari pihak Liga Arab itu sendiri. Liga arab seakan membisu dan mematung melihat peristiwa tersebut. Hal ini pun semakin menunjukan lemahnya Liga Arab dalam merespon berbagai isu Internasional.
Padahal, Liga Arab sendiri dibentuk dengan tujuan dan cita-cita yang besar, yaitu mempererat persahabatan Bangsa Arab, memerdekakan negara di kawasan Arab yang masih terjajah serta mencegah berdirinya negara Yahudi di daerah Palestina. Namun nyatanya, berbagai tujuan tersebut seakan-akan hancur lebur dengan normalisasi Bahrain, Uni Emirat Arab dan Sudan.
Entah apa iming-iming yang membuat ketiga negara tersebut menerima ajakan normalisasi hubungan Israel. Namun pastinya, mesranya hubungan negara-negara Arab terhadap Israel tidak terlepas dari lobi-lobi Amerika Serikat sang seolah-olah sangat “Super Power” di dunia saat ini. Terlebih di Amerika Serikat, terdapat kelompok American Israel Pulic Affairs Committee (AIPAC) yang sangat kuat dalam mempengaruhi kebijakan luar negeri USA terutama yang berkaitan dengan Israel.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama, bahwa salah satu poin yang membuat Uni Emirat Arab mau menormalisasi hubungannya dengan Israel tidak lain adalah janji Israel untuk menghentikan aneksasi Tepi Barat. Kendati demikian, pernyataan itu berubah dengan adanya pernyataan lanjutan dari pihak Israel yang mengaku hanya menangguhkannya saja dan tidak berencana menghentikannya. Akal-akalan Israel terlihat jelas di sini, yang mana mereka hanya mampu menjanjikan omong kosong terhadap negara-negara Arab.
Di sisi lain, Arab Saudi sendiri sebagai “kawan dekat” Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah belum menyatakan secara resmi apakah ia akan menormalisasi hubungan dengan Israel ke depannya atau tidak. Namun, sudah banyak indikator yang menandakan bahwa Arab Saudi akan segera menjadi negara Liga Arab selanjutnya yang menyatakan normalisasi terhadap Israel, seperti halnya dukungan pangeran Arab, Mohammad bin Salman untuk mengadakan normalisasi hubungan dengan Israel.
Juga baru-baru ini, setelah UEA menyatakan secara resmi normalisasinya dengan Israel, Imam Besar Masjidil Haram, Abdurrahman as-Sudais pun menyatakan secara eksplisit dukungannya terhadap langkah normalisasi tersebut dengan menyampaikan khutbah yang berisi toleransi umat Islam terhadap non muslim dan secara positif menyampaikan hubungan Nabi Muhammad SAW dengan kaum Yahudi.
Tentu hal ini benar-benar mampu membuat peta geopolitik di Timur Tengah berubah drastis. Kepercayaan umat Islam terhadap negara-negara Arab saat ini cenderung akan menurun sebagai dampak dari normalisasi tersebut. Sebagai tindak lanjutnya, kemungkinan besar, akan muncul beberapa negara yang nantinya akan menjadi musuh Israel karena menolak normalisasi, beberapa di antaranya yaitu Iran dan Turki.
Kedua negara tersebut memang dikenal luas sampai saat ini masih bersikap tegas dalam membela Palestina. Besar kemungkinan kepercayaan umat Islam dunia nantinya akan bergeser dari negara Arab dan terpusat kepada dua negara tersebut karena sikap tegasnya yang membela Palestina.
Lebih lanjut lagi, normalisasi yang dilakukan oleh negara-negara Arab ini justru akan membuat umat Islam di Palestina kehilangan sosok pembelanya di regional kawasan Teluk. Tentunya, kepecayaan rakyat Palestina dan umat Islam dunia terhadap Liga Arab akan terkikis secara drastis yang mana nantinya akan membuat Palestina berjuang sendiri tanpa adanya bantuan dari para negara tetangga di sekitarnya.