REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kasus mutasi virus Covid-19 baru seperti yang merebak di Inggris belum ditemukan di China. Namun, pengamanan di negara berpenduduk terbanyak di dunia itu, khususnya di wilayah Ibu Kota Beijing, mulai diperketat.
Deputi Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular China (CCDC) Feng Zijian, mengatakan, mengutip media lokal setempat, Rabu (23/12), China telah mengambil langkah-langkah pencegahan dalam menghadapi meningkatnya risiko infeksi dari para pendatang. Hal itu dilakukan agar jangan sampai menular pada warga lokal.
Menurut dia, sejauh ini tidak ditemukan kasus mutasi corona baru di negaranya, baik melalui para pendatang asing maupun komoditas impor. Urutan genetika virus yang menginfeksi pendatang asing atau kontaminasi barang impor belum terlihat jejaknya di sini, demikian Feng.
Pihaknya sedang menyusun langkah-langkah strategis untuk menghalau masuknya virus corona jenis baru yang sekarang merebak di Inggris itu. Ketatnya pengamanan di Beijing sudah terlihat dalam beberapa hari terakhir, terutama di Distrik Chaoyang setelah ditemukan dua kasus impor baru dari salah satu hotel.
Kedutaan China di London juga menangguhkan pemberian visa kepada siapa saja yang hendak bepergian ke China. Pemerintah Hong Kong juga telah melarang semua penerbangan dari Inggris mulai Selasa (22/12) dan akan berlaku hingga 10 Januari 2021.
Pakar penyakit menular saluran pernapasan terkemuka di China, Prof Zhong Nanshan, mengaku belum menemukan bukti nyata bahwa virus corona jenis baru yang terdeteksi di Inggris dapat melumpuhkan vaksin COVID-19. Menurutnya, masih butuh banyak penelitian terkait hal tersebut.
"Masih harus diteliti lagi, apakah jenis virus korona yang baru terdeteksi di Inggris itu dapat merusak kemanjuran vaksin COVID-19 sudah tersedia di berbagai negara," ujarnya.