Senin 28 Dec 2020 13:18 WIB

Bisakah Ibu Hamil Transfer Antibodi Covid-19 ke Janin?

Studi menyebut peluang transfer antibodi ibu hamil ke janin cukup rendah.

Rep: Mabruroh/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Ibu Hamil
Foto: pixabay
Ilustrasi Ibu Hamil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian yang diterbitkan di JAMA Network Open, mempelajari perempuan hamil yang dirawat karena terinfeksi covid-19. Penelitian ini juga menekankan perlunya mempertimbangkan perempuan hamil untuk mendapatkan vaksin.

Dilansir dari News Medical pada Senin (28/12), penelitian dipimpin oleh Andrea Edlow dari Massachusetts General Hospital dan Harvard Medical School. Penelitian ini melibatkan 127 perempuan hamil pada trimester ketiga yang menerima perawatan di tiga rumah sakit Boston antara 2 April dan 13 Juni 2020.

Baca Juga

Di antara 64 wanita yang dites positif SARS-CoV-2, para peneliti tidak mendeteksi adanya virus dalam darah ibu atau tali pusat (Meski sudah terdeteksi di sistem pernafasan perempuan). Ilmuwan juga menemukan tidak ada tanda-tanda virus di plasenta dan tidak ada bukti penularan virus ke bayi baru lahir.

Para peneliti menduga bahwa penularan ke janin mungkin terhambat tidak hanya karena kurangnya virus dalam darah ibu, tetapi juga karena molekul utama yang digunakan oleh SARS-CoV-2 untuk masuk ke sel (reseptor ACE2 dan enzim TMPRSS2) sering tidak secara fisik terletak bersama di plasenta.

Sebagian besar perempuan yang dites positif mengembangkan respons antibodi terhadap protein SARS-CoV-2. Namun, transfer antibodi anti-SARS-CoV-2 dari ibu ke bayi melalui plasenta secara signifikan lebih rendah daripada transfer antibodi anti-influenza.

"Penemuan kami tentang gangguan transfer antibodi spesifik SARS-CoV-2 dari ibu ke bayi pada infeksi trimester ketiga berimplikasi pada pemberian vaksin ibu. Secara khusus, ini menyoroti bahwa perempuan hamil adalah populasi kunci yang perlu dipertimbangkan dalam peluncuran vaksin. Hal ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai waktu optimal pemberian vaksin untuk mendukung imunitas ibu dan bayi baru lahir," kata Andrea Edlow.

Edlow mencatat bahwa transfer antibodi transplasenta ke janin biasanya paling tinggi pada trimester ketiga. Berbeda dalam kasus ini, ternyata virus tidak ditemukan dalam plasenta.

Mereka juga mencatat antibodi SARS-CoV-2 lebih rendah dan tidak melewati plasenta, berbeda dengan antibodi influenza.

"Memahami apakah antibodi yang dihasilkan oleh vaksin memiliki sifat yang sama atau berbeda dari antibodi yang sebenarnya berasal dari infeksi virus, akan menjadi petunjuk penting untuk penelitian di masa depan," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement