Selasa 29 Dec 2020 23:26 WIB

Mengapa Muhammad SAW Diutus ke Makkah dan Hijrah ke Madinah?

Nabi Muhammad SAW diutus berdakwah ke Makkah dan hijrah ke Madinah

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Nabi Muhammad SAW diutus berdakwah ke Makkah dan hijrah ke Madinah. Rasulullah SAW (ilustrasi)
Foto: republika
Nabi Muhammad SAW diutus berdakwah ke Makkah dan hijrah ke Madinah. Rasulullah SAW (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Banyak argumentasi logis dan ilmiah yang dapat dijadikan dasar untuk menguraikan peristiwa-peristiwa berkaitan dengan Rasulullah SAW. 

Seperti halnya dengan pertanyaan mengapa Rasulullah diutus di kota Makkah, Arab Saudi dan bukan negeri lainnya? 

Baca Juga

Menurut pendiri Pusat Studi Alquran (PQS) Jakarta, Prof Quraish Shihab, itu lah cara Allah untuk menyebarkan Islam ke seluruh pelosok dunia dengan memilih wilayah yang berada di tengah-tengah bumi. 

Selain itu Makkah menjadi tempat yang tidak dikuasai baik oleh kekaisaran Romawi maupun Persia. Selain itu terdapat juga dua suku Quraisy yang sangat berpengaruh yakni Bani Umayyah dan Bani Hasyim.

Sementara Bani Hasyim memiliki keutamaan dalam memimpin suku Quraisy. Ini lebih dipahami dibanding dengan argumentasi yang menyebut orang-orang Makkah pada masa itu lebih kejam dibanding kaum lainnya di muka bumi. 

Begitupun dengan pertanyaan mengapa Rasulullah berhijrah ke Madinah? Sebab menurut Quraish Shihab secara nasab Rasulullah masih memiliki hubungan yang dekat dan kuat dengan orang-orang Madinah.

Karena leluhur Rasulullah SAW yakni Hasyim menikahi Salma yang merupakan penduduk Madinah. Selain itu orang-orang Madinah juga ahli berperang yang dapat membantu dakwah Rasulullah. 

Di lain sisi, orang-orang Madinah dengan mudah menerima Rasulullah karena sudah mengetahui dan meyakini tentang akan datangnya nabi terakhir melalui komunikasi yang dibangun lama dengan orang-orang Yahudi. 

Selain itu, Madinah juga mempunyai posisi strategis terlebih untuk berperang melawan kaum kafir. "Kedangkalan pemikiran, subjektivitas, menjadikan uraian-uraian menyangkut maulid itu tidak logis, ini kita harus pandai-pandai baca," kata Quraish yang merupakan alumni Al-Azhar, Mesir ini.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement