REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto bersama sejumlah rekannya melakukan pendakian di Gunung Sanghyang, Bali, Kamis (31/12). Pendakian yang dilakukan itu bertujuan untuk merefleksikan diri menyambut tahun baru 2021 sekaligus memanjatkan doa untuk keutuhan anak bangsa.
"Di gunung ini kami merasakan betapa pentingnya menuju puncak dengan rasa kebersamaan. Begitu juga dalam konteks bernegara, kita sesama anak bangsa harus bersatu untuk membuat Indonesia ini menjadi negara besar seperti yang pernah digagas Bung Karno pada masa lampau. Di sini saya bisa merasakan secara langsung apa yang dimaksudkan Ibu Mega bahwa membumikan Pancasila hanya terjadi apabila kita memiliki rasa cinta tanah air," kata Hasto di kaki gunung sebelum melakukan pendakian, dalam keterangan persnya.
Hasto menyatakan Indonesia dihadapi banyak tantangan besar pada 2020. Dimulai dari masuknya Covid-19, penyelenggaraan Pilkada Serentak, dan politik identitas yang menguat. Hasto menilai semua itu berhasil dilewati sebagai bangsa, tetapi harus ada visi persatuan yang lebih kuat untuk menjadikan Indonesia maju.
Di puncak gunung Sanghyang, Hasto juga ingin memanjatkan doa. Hasto mengharapkan ada pembaruan dalam dinamika politik di Indonesia yang membawa kemajuan. Contoh paling kecil, lanjut Hasto, seperti upaya Ketua Umum Partai Megawati Soekarnoputri yang terus mendorong gerakan menanam tanaman yang bisa dimakan.
"Tidak ada negara sekaya Indonesia dalam keanekaragaman flora dan fauna, serta kekayaan alam. Para Pemuda Indonesia harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, menguasai ilmu-ilmu dasar agar Indonesia semakin berdikari," kata dia.
Secara pribadi, Hasto memang sering mendaki Gunung Sanghyang yang terletak di Tabanan dengan ketinggian 2.087 mdpl itu. Setidaknya, sudah lima kali sejak selama dua tahun belakangan Hasto menginjakkan kaki di gunung tersebut. Kali ini, Hasto juga mengajak dua rekannya yang merupakan pakar Geopolitik asal Indonesia, Dr Suryo dan Connie Rahakundini Bakrie. Lalu pemuka adat asal Bali, Ratu Bhagawan juga ikut dalam rombongan.
“Saya diajarkan untuk berempati, termasuk saat merayakan malam tahun baru. Ketika masih ada saudara-saudara kita yang menderita karena bencana Covid-19, sudah sewajarnya kita merayakan pergantian tahun dengan kesederhanaan, yakni refleksi di gunung serta berdoa untuk bangsa dan negara,” ujarnya.