REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pakar keamanan dari Tim Riset dan Analisis Global (Global Research and Analysis Team GReAT) Kaspersky memberikan gambaran bagaimana pelaku kejahatan siber memanfaatkan pandemi tahun ini. Sama seperti negara-negara di dunia, masyarakat di Asia Tenggara terpaksa untuk tetap tinggal di dalam rumah, tanpa menghentikan aktivitas mereka yang akhirnya beralih secara digital.
Rangkuman dari pemantauan Kaspersky sepanjang 2020 menunjukkan serangan dunia maya teratas di Asia Tenggara adalah cryptomining, penipuan phishing, ransomware bertarget dan DDoS (penolakan layanan terdistribusi). Tidak ada di antara serangan tersebut yang termasuk baru. Teknik ini telah terbukti efektif, karena pelaku kejahatan siber hanya perlu memanfaatkan rantai terlemah-faktor manusia.
Pada 2020, wilayah Asia Tenggara dilanda serangan dunia maya besar-besaran. Akibatnya, terbukanya data rahasia. Lebih dari 310 ribu detail kartu kredit yang dikeluarkan oleh bank-bank ternama di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam, terlibat dalam pelanggaran data pada Maret.
Di bulan yang sama, informasi dari 91 juta pengguna platform e- commerce terbesar di Indonesia bocor. Di Thailand, 88,3 miliar pelanggan jaringan seluler terbesar di negara tersebut terekspos pada Mei. Platform toko online yang berbasis di Singapura mengalami pelanggaran data yang mempengaruhi 1,1 juta akun pada Oktober.
Pelaku kejahatan siber juga memanfaatkan ketakutan orang-orang terhadap Covid-19. Penjahat siber memanfaatkan perawatan kesehatan sebagai kedok berbagai serangan yang menargetkan peralatan medis di negara-negara tempat transformasi digital baru saja dimulai.
Merujuk pada laporan The Jakarta Post, basis data pemerintah dengan data pribadi 230.000 peserta tes Covid-19 di Indonesia telah dilanggar pada Mei. Sementara itu di Thailand, menurut laporan Bangkok Post, sebuah rumah sakit mengkonfirmasi bahwa catatan pasien selama empat tahun terkena serangan pada September.