Ahad 10 Jan 2021 22:55 WIB

Fadly Satrianto, Kopilot Periang yang Dekat dengan Ibu

Fadly Satrianto dikenal sebagai pilot periang yang dekat dengan ibunya.

Sumarzen Marzuki menunjukkan foto putranya Fadly Satrianto yang merupakan salah satu penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di rumahnya Jalan Tanjung Pinang, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (10/1/2021). Fadly Satrianto yang bekerja sebagai kopilot NAM Air tersebut merupakan salah satu penumpang di pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak  yang mengalami kecelakaan  pada Sabtu (9/1/2021) di perairan Kepulauan Seribu.
Foto: ANTARA/Didik Suhartono
Sumarzen Marzuki menunjukkan foto putranya Fadly Satrianto yang merupakan salah satu penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di rumahnya Jalan Tanjung Pinang, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (10/1/2021). Fadly Satrianto yang bekerja sebagai kopilot NAM Air tersebut merupakan salah satu penumpang di pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak yang mengalami kecelakaan pada Sabtu (9/1/2021) di perairan Kepulauan Seribu.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA, JATIM -- Juan Setadi punya gambaran istimewa soal Fadly Satrianto. Ia menilai adiknya sosok periang. Paling ramai kalau kumpul bersama kakak-kakaknya. Meski begitu, Fadly juga pekerja keras dan tekun. Itu terlihat ketika awalnya merintis karier sebagai kopilot.  

Fadly mulanya berprofesi sebagai kru kantor di perusahaan pesawat Boeing. Hingga suatu saat, putra bungsu dari tiga bersaudara tersebut mendapat peluang. Tempatnya bekerja menawarkan pendidikan sebagai kopilot pada 2016-2017.

Baca Juga

Fadly pun sejak itu menjajaki profesi barunya sebagai pilot pendamping. Lulusan Sarjana Hukum Universitas Airlangga Surabaya ini kemudian bekerja di Nam Air, maskapai anak perusahaan Sriwijaya Air. Fadly sudah menjalani kehidupan kopilot di sana selama tiga tahun.

Hingga hari itu, Sabtu, 9 Agustus 2020. Fadly (28 tahun) kebetulan mendapat tugas membawa pesawat Nam Air dari Pontianak sebagai kopilot. Namun, bersama pilot lain dan pramugari, ia harus menumpang dahulu pesawat lain dari Jakarta ke sana. Pesawat yang ditumpanginya Sriwijaya Air SJ 182.

Tidak disangka, sesaat lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta, pesawat hilang kontak. Laporan terbaru menyebutnya jatuh di Kepulauan Seribu.

"Beliau sebagai kru ekstra dan duduk di bangku nomor 40. Jadi beliau ini naik Sriwijaya dengan tujuan ke Pontianak untuk misi menerbangkan pesawat lain dengan tujuan lain," ujar Juan saat mengirimkan DNA ke Tim Disaster Victim Identification (DVI) di Mapolda Jawa Timur, Surabaya, Ahad (10/1).

Juan mengingat, sebelum kejadian tersebut, ada sedikit hal tidak biasa yang dilakukan adiknya. Tepatnya akhir Desember lalu. Fadly sempat mengajak tiga generasi keluarga berfoto bersama. Isinya cowok semua. "Kami baru sadar ini mungkin firasat dari beliau," kenangnya.

Fadly selain periang dan pekerja keras, juga sangat dikenal Juan sebagai sosok yang dekat dengan kedua orang tua. Terutama sang ibu.

Hal itu ikut diakui ayahnya, Sumarzen Marzuki. Fadly menurutnya selalu menelepon ibunya setiap kali akan terbang. Termasuk kemarin, saat berangkat dari Jakarta menuju Pontianak. "Kemarin saat telepon, ibunya tanya, mau terbang bawa pesawat atau tidak. Dijawab tidak," kata Sumarzen, saat dikonfirmasi di rumahnya, Jalan Tanjung Pinang Surabaya.

Sumarzen mengatakan, musibah pesawat yang ditumpangi Fadly telah disampaikan langsung pihak Nam Air. Mereka menyampaikan permohonan maaf. Nam Air mengatakan Fadly beserta kru lain, pilot dan pramugari, memang ditugaskan ke Pontianak untuk membawa pesawat dari sana. "Tujuannya ke mana saya tidak tahu," kata dia.

Fadly merupakan satu dari puluhan penumpang dan awak yang berada di pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Pesawat tersebut total membawa 12 kru dan 50 penumpang. Tujuh di antaranya anak-anak dan tiga lainnya bayi.

Saat ini, pencarian pesawat tersebut menemukan beberapa petunjuk terang. Beberapa serpihan puing ditemukan. Titik jatuh pesawat Sriwijaya Air SJ-182 dan lokasi kotak hitam juga dilaporkan sudah didapatkan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement