REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Alquran menyebutkan kisah para nabi dan rasul sebelum nabi Muhammad SAW, sebagai pelajaran berharga sepanjang masa. Kisah-kisah tersebut diabadikan dalam Alquran, salah satunya kisah Nabi Nuh AS.
Nabi Nuh adalah nabi ketiga yang patut diimani setelah Nabi Adam alaihissalam, dan Nabi Idris AS. Nuh merupakan keturunan kesembilan dari Nabi Adam.
Nama Nuh berasal dari bahasa Suriah yang berarti 'bersyukur'. Nabi Nuh juga mendapatkan gelar dari Allah SWT sebagai abdussyakur. Gelar itu berarti hamba yang banyak bersyukur sesuai dengan surat Al-Isra ayat 3:
ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ ۚ إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُورًا "[Yaitu] anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba [Allah] yang banyak bersyukur." (QS Al-Isra: 3)
Nabi Nuh juga masuk dalam rasul ulul azmi, yaitu rasul dengan ketabahan dan keteguhan hati yang luar biasa. Sesuai surat Al-Ankabut ayat 14:
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.”
Nabi Nuh bahkan berdakwah selama 950 tahun. Nabi Nuh diutus Allah SWT untuk menyerukan ajaran Allah pada umat Bani Rasib yang menyembah berhala dan kezaliman di masa itu juga tengah meningkat pesat.
Pada masa kenabiannya, Nabi Nuh diuji dengan kedurhakaan umatnya, termasuk anaknya sendiri. Mereka selalu membangkang seruan Nuh untuk beriman pada Allah SWT. Mereka tak percaya dengan ajaran dan peringatan yang disampaikan Nuh, bahkan tidak sedikit yang tak percaya bahwa Nabi Nuh merupakan seorang rasul. Allah SWT berfirman:
قَالُوا يَا نُوحُ قَدْ جَادَلْتَنَا فَأَكْثَرْتَ جِدَالَنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ