Senin 11 Jan 2021 15:31 WIB

Demokrat Upayakan Penggulingan di Hari-Hari Terakhir Trump

Trump dituding menghasut pendukungnya menyerang Capitol Hill.

Presiden Donald Trump
Foto: EPA-EFE/Erin Schaff
Presiden Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fergi Nadira, Lintar Satria, Reuters

Kongres Amerika Serikat (AS) yang notabennya dikuasai Partai Demokrat mempertimbangkan untuk mengambil langkah impeachment atau pemakzulan untuk kedua kalinya bagi Presiden Donald Trump, pada Senin (1/11). Langkah ini diambil menyusul kekerasan massa pendukung Trump di Capitol Hill, pada Rabu (6/1) pekan lalu.

Baca Juga

Para pemimpin dari Partai Demokrat termasuk Ketua House of Representative Nancy Pelosi dan Pemimpin Minoritas Senat Chuck Schumer menyerukan proses pemakzulan segera. Ini disyaratkan segera jika Wakil Presiden Mike Pence dan Kabinet Trump menolak untuk mengambil langkah-langkah untuk melengserkan Trump dari kekuasaan.

"Tindakan berbahaya dan menghasut presiden mengharuskannya segera dicopot dari jabatannya," ujar kedua pemimpin dalam sebuah pernyataan pada Kamis (7/1) malam waktu setempat. Mereka menyebut Trump menghasut sebuah 'pemberontakan'.

Di media sosial Twitter Ahad (10/1) anggota House of Representative, Ted Lieu mengatakan, pada Senin (11/1) anggota Partai Demokrat di House akan mengajukan pasal pemakzulan terhadap Trump.

Lieu yang membantu merancang pemakzulan itu mengatakan pasal tersebut sudah ditandatangani 190 anggota House. Juru bicara Lieu mengatakan hingga Sabtu (9/1) malam belum ada anggota Partai Republik yang menandatanganinya.

"Kami memiliki video pidato di mana (Trump) mendorong kerumunan massa, kami memiliki video massa menyerang Capitol Hill, ini bukan keputusan sesaat," cicit Lieu di Twitter, Sabtu lalu.

Dengan sisa waktu kekuasaan Trump yang tinggal beberapa hari lagi, tidak jelas apakah ada waktu tersisa untuk menyelesaikan proses pemakzulannya. Pelosi belum mengumumkan keputusan, meskipun dia menjelaskan pada konferensi pers bahwa Demokrat dalam kaukusnya menginginkan tindakan tegas setelah insiden yang disebut sebagai hari kelam bagi demokrasi AS.

Jika dimakzulkan di House, Trump secara teoritis akan menghadapi persidangan di Senat yang dikendalikan Partai Republik, yang dijadwalkan akan reses sampai 19 Januari. Ajudan Mitch McConnell, pemimpin mayoritas, belum mengatakan apa yang akan dia lakukan jika House menyetujui impeachment.

In Picture: Pendukung Trump Menyerbu Gedung Kongres

photo
 

 

Sebelumnya, pada 2019, House yang juga dipimpin Demokrat memakzulkan Trump karena menekan presiden Ukraina untuk menyelidiki Biden. Namun Senat yang dikuasai Partai Republik membebaskannya pada Februari 2020.

Hanya dua presiden lain dalam sejarah yang telah dimakzulkan, dan tidak ada yang pernah dimakzulkan dua kali sepengalaman sejarah pemerintahan AS. Ketika seruan untuk pemakzulan Trump meningkat, presiden AS itu langsung merilis sebuah video. Dia mengecam tindakan kekerasan yang menyebabkan lima orang tewas di Gedung Kongres.

Dalam videonya itu, Trump dengan nada datar menyampaikan narasi damai yang jarang terlihat darinya selama masa kepresidenannya. Dia menyerukan "penyembuhan."

Pernyataan Trump terbaru ini sangat kontras dengan pidatonya yang berapi-api Rabu lalu yang kemudian menyulut massa menduduki ruang-ruang Kongres di Capitol Hill. Para perusuh mendobrak Gedung Kongres, membuat polisi kewalahan, dan membuat pihak berwenang mengamankan para anggota parlemen ke lokasi aman demi keselamatan.

Seorang petugas kepolisian Capitol dilaporkan meninggal akibat kerusuhan kemarin. Tiga orang juga dikabarkan meninggal karena kondisi darurat medis, dan satu wanita tewas ditembak.

Akibat kerusuhan di Capitol Hill itu, Trump kehilangan dukungan dari banyak mantan loyalis dalam pemerintahan. Banyak anggota staf Gedung Putih yang kesal dan malu dengan peristiwa pennyerangan Capitol. Mereka mengatakan, telah menghadapi kritik dari rekan kerja dan khawatir akan rusaknya reputasi dan prospek pekerjaan mereka.

“Dia telah kehilangan kita. Dia kehilangan pemerintahannya sendiri. Seperti yang saya katakan, banyak dari kita merasa dikhianati,” kata seorang pejabat senior pemerintahan di sebuah badan di luar Gedung Putih.

Beberapa orang yang mempertimbangkan pengunduran diri dalam beberapa hari terakhir telah memutuskan untuk tetap tinggal untuk membantu memastikan kelancaran transfer kekuasaan. Mereka mencoba menerima badan-badan yang melapor ke Gedung Putih, untuk melindungi dari tindakan gegabah oleh presiden atau lingkaran dalamnya yang tersisa.

“Dalam hal mengambil arah kebijakan atau perubahan seketika, saya pikir kita semua menolak," ujar pejabat senior itu.

Sabtu malam pekan lalu, CNN mengutip sumber mengatakan, wakil presiden tidak menghilangkan kemungkinan menggulingkan Trump dengan Amandemen ke-25. Tapi para penasihatnya khawatir hal itu justru membuat perilaku Trump semakin buruk hingga membahayakan negara.

Juru bicara Pence tidak menanggapi permintaan komentar mengenai hal tersebut. Beberapa orang anggota Partai Republik ikut mendesak Trump mundur dari jabatannya.

Senator dari Alaska, Lisa Murkowski mengatakan, Trump harus segera mundur dari jabatannya. Ia juga mengisyaratkan akan meninggalkan Republik bila partai itu tidak memisahkan diri dari Trump.

Senator dari Pennsylvania, Pat Toomey mengatakan pada stasiun televisi Fox, Trump telah 'melakukan pelanggaran yang membuatnya dapat dimakzulkan'. Tapi ia menolak berkomentar saat ditanya apakah ia akan memilih untuk memakzulkannya.

Senator dari Nebraska, Ben Sasse yang kerap mengkritik tindakan Trump memberitahu stasiun televisi CBS News, ia 'jelas akan mempertimbangkan' untuk memakzulkan presiden. Karena presiden 'telah melanggar sumpah jabatannya'.

 

photo
Infografis Sejarah Huru-hara di Capitol Hill - (Republika)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement