REPUBLIKA.CO.ID, TANAH DATAR -- Pihak keluarga kapten Afwan, pilot pesawat Sriwijaya SJ-182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, menyatakan, almarhum pribadi yang peduli adik dan kemenakan di kampung halaman, di Nagari Sungai Jambu, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat.
Yurni Mahmud, kakak sepupu Afwan, mengaku, meskipun sepupunya itu jarang pulang kampung, selalu menanyakan keadaan keluarga dan kampung halamannya melalui grup percakapan Whatsapp.
"Jadi ada sebuah grup Whatsapp keluarga, di dalam grup itu ia selalu bertanya keadaan kemenakannya dan keadaan di kampung bagaimana," katanya di Kabupaten Tanah Datar, Senin (11/1).
Pesawat Sriwijaya SJ 182 hilang kontak dalam penerbangan dari Jakarta-Pontianak, Sabtu (9/1), sedangkan puing-puingnya dan diduga korban lainnya dalam proses evakuasi dari lokasi jatuh pesawat oleh tim SAR gabungan.
Bahkan, Yurni melanjutkan, begitu pedulinya Afwan dengan saudara, juga sempat mengirimkan sejumlah uang kepada salah satu keluarga di kampung yang sedang menjalani isolasi mandiri karena Covid-19.
"Terakhir berkomunikasi dengan beliau melalui grup Whatsapp, yang mana ia masih sempat mentransfer sejumlah uang ke kemenakannya, Ikhsan, yang tengah menjalani isolasi mandiri," kata Yurni.
Ketua Organisasi Perantau Nagari Sungai Jambu Saiyo Sakato se-Jabodetabek, Delpis Dt Majo Indo, menyebut, sosok Afwan merupakan pribadi yang religius dan rendah hati. Meski tinggal di rantau dan berkeluarga di rantau, kata dia, almarhum tetap peduli dengan keluarga dan kemenakannya di Sungai Jambu, Pariangan.
Bagi Delpis Dt Majo Indo sebagai ketua organisasi perantau Sungai Jambu, hal yang paling berkesan dengan Kapten Afwan adalah penampilannya yang sederhana dan selalu menggunakan peci putih bak seorang mubaligh.
"Mungkin kalau bertemu dengan dia kita mengira dia adalah seorang mubaligh, karena penampilannya seperti seorang mubaligh, tidak saja di pertemuan perantau namun menurut rekan kerjanya ia juga sering menggunakan peci putih," kata Delpis.