REPUBLIKA.CO.ID, oleh Nawir Arsyad Akbar, Ali Mansur, Rizky Suryarandika, Antara
Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo resmi diajukan pemerintah sebagai calon tunggal Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri). Sosok Listyo sudah lama dikenal sebagai orang dekat Presiden Joko Widodo sejak di Solo.
Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, mengatakan, penunjukan Komjen Listyo Sigit Prabowo mengikuti ala pengangkatan Tito Karnavian. Seperti halnya Tito, masa pensiunnya masih panjang di tahun 2027 mendatang.
"Dari sini, terlihat bahwa Jokowi menginginkan di sepanjang kekuasaannya menjadi Presiden, ia ingin dikawal oleh Sigit sebagai Kapolri," ujar Neta dalam keterangannya, Rabu (13/1).
Neta menilai, Presiden Jokowi lebih memercayai pengamanannya kepada orang kepercayaannya yang pernah menjadi ajudannya saat pertama kali menjadi Presiden. Menurutnya, hal itu tidak masalah. Sebab, mengangkat Kapolri adalah hak prerogatif Presiden.
Diangkatnya Sigit sebagai Kapolri juga positif karena membuka peluang kader-kader muda lainnya. Kemudian, dalam pengisian posisi-posisi strategis diperkirakan akan ada senior yang terlompati.
"Untuk itu, dalam menyusun personel Polri ke depan Sigit diharapkan mampu membuat keseimbangan agar para senior tidak merasa ditinggalkan," kata Neta. Ia berharap, konsolidasi organisasi Polri yang berisikan kader senior dan junior membuat Polri akan lebih promoter dalam tugasnya menjaga keamanan.
Wakil Ketua DPR, Azis Syamsuddin, menilai, Listyo sebagai sosok yang tepat untuk mengisi posisi Kapolri menggantikan Jenderal Idham Azis yang akan segera memasuki masa pensiun. Azis menilai, sosok Listyo memiliki prestasi di atas rata-rata.
"Secara prestasi, tentu di atas rata-rata. Beliau sudah menduduki posisi di Kabareskrim, nanti masalah track record tentu masing-masing kita punya penilaian masing-masing, adapun pro kontra itu biasa," ujar Azis.
Ia berharap, Listyo dapat membawa Polri ke depan lebih bersikap profesional dan mengayomi masyarakat. Sehingga, masyarakat lebih merasa terlindungi dengan hadirnya kepolisian.
"Membentuk profesionalitas daripada institusi Polri dalam mengayomi dan melindungi masyarakat dengan proporsional yang ideal. Nah ini yang perlu dilakukan sehingga proses pro kontra ini bisa terjawab dengan prestasi," ujar Azis.
Sosok Listyo yang tergolong muda untuk menduduki jabatan Kapolri juga dinilai Azis bukan masalah. Listyo yang lahir tahun 1969 saat ini berusia 51 tahun.
"Jangan lihat seseorang dari sisi usia, tapi jam terbang dan kapabilitasnya. Sepanjang kemampuan dan kapabilitasnya bisa, passion-nya ada, Bismillah," ujar Azis di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (13/1).
Di samping itu, kedekatannya dengan Jokowi dinilainya juga bukan menjadi alasan mengapa Listyo dipilih sebagai calon Kapolri tunggal. Menurutnya, Listyo memang sosok yang kompeten mengingat prestasinya selama ini cukup bersinar.
"Kalau dari kemampuan, kapabilitas dengan posisi dia sebagai Kabareskrim tentu sudah melalui proses jenjang kematangan yang cukup di atas rata-rata. Jangan lihat usia," ujar Azis.
Nama Listyo memang menjadi sosok yang paling dijagokan menjadi Kapolri pilihan Jokowi. Ia diketahui merupakan lulusan Akademi Kepolisian tahun 1991. Pada 2010, Listyo menjadi Wakil Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Semarang.
Kemudian pada 2011, ia menjabat sebagai Kepala Kepolisian Resor Kota Surakarta saat Jokowi masih menjadi Wali Kota Solo. Saat Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta, Listyo dirotasi menjabat sebagai Asubdit II Dit Tipdum Bareskrim Polri.
Kedekatan dengan Jokowi berlanjut, saat ia menjadi ajudannya pada 2014. Setelah tak menjadi ajudan, Listyo menduduki sejumlah jabatan di kepolisian, yakni Kapolda Banten pada 2016-2018 dan Kadiv Propam Polri pada 2018-2019, sebelum diangkat menjadi Kabareskrim.