Rabu 13 Jan 2021 15:55 WIB

Vaksinasi Covid-19 Dilakukan Dua Kali, Jeda Dua Pekan

Jeda yang diperlukan antara kedua jadwal vaksinasi Covid-19 adalah dua pekan.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Yudha Manggala P Putra
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjalani suntik vaksin Covid-19 buatan Sinovac.
Foto: @jokowi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjalani suntik vaksin Covid-19 buatan Sinovac.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksinasi Covid-19 perlu dilakukan dua kali agar antibodi terbentuk secara optimal. Jeda yang diperlukan antara kedua jadwal vaksinasi adalah dua pekan. Aturan ini pun berlaku untuk kelompok yang menerima vaksinasi perdana hari ini di Istana Merdeka, termasuk Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih yang hari ini juga menerima vaksin perdana mengonfirmasi hal ini. Usai disuntik vaksin Coronavac, dirinya mengaku mendapat kartu vaksinasi yang berisi jadwal vaksinasi selanjutnya.

Baca Juga

"Karena saya sudah terlanjur di vaksin di istana, saya sudah tercatat di sini, maka kelanjutannya nanti di klinik Paspampres tanggal 27 Januari. Dua minggu setelah suntik pertama itu dilakukan suntik kedua," ujar Daeng di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (13/1).

Sebelumnya pada pagi ini, Presiden Jokowi resmi menjalani penyuntikan vaksin Covid-19 perdana. Prosesi vaksinasi perdana yang digelar di Istana Merdeka ini juga diikuti sejumlah pejabat lain dan perwakilan unsur masyarakat. Penyuntikan vaksin Sinovac sendiri dilakukan oleh tim dokter kepresidenan, setelah sebelumnya memastikan kondisi kesehatan Presiden Jokowi.

Mekanisme vaksinasi sendiri dilakukan dalam empat tahap, yakni pertama klarifikasi data penerima. Kedua, penerima vaksin menjalani pengecekan tekanan darah dan klarifikasi kesehatan. Ketiga, penyuntikan vaksin dilakukan oleh tim dokter kepresidenan. Keempat, penerima vaksin mendapat katu tanda suntik.

Dalam pemeriksaan kesehatan, Presiden Jokowi diketahui memiliki tekanan darah 130/67 yang diartikan sehat dan fit. Sejumlah pertanyaan juga diajukan kepada Presiden Jokowi, seperti apakah pernah terkonfirmasi menderita Covid-19, apakah memiliki gejala batuk dalam tujuh hari terakhir, dan apakah ada riwayat komorbid seperti penyakit jantung, ginjal, serta diabetes. Semua pertanyaan tersebut dijawab 'tidak' oleh Presiden Jokowi.

Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Amirsyah Tambunan, yang juga tokoh Muhammadiyah, menyampaikan bahwa langkah vaksinasi ini merupakan bentuk ikhtiar pemerintah bersama masyarakat untuk menekan laju penularan Covid-19 dan bertahap menghilangkan pandemi. Selain vaksinasi, bentuk ikhtiar lain yang perlu tetap dijalankan adalah penegakan protokol kesehatan 3M, yakni menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.

"Vaksinasi ini adalah bagian dari ikhtiar kita untuk menciptakan herd immunity atau kekebalan tubuh bersama. Ini hendaknya bisa kita lakukan minimal 70 persen dari masyarakat Indonesia," kata Amirsyah.

Ia juga menekankan bahwa MUI sendiri telah menyampaikan bahwa vaksin Sinovac yang akan disuntikkan kepada masyarakat terbukti halal dan thoyyib. Hal ini tertuang dalam fatwa MUI nomor 2 tahun 2021. Thoyyib, ujar Amirsyah, artinya efektif, aman, sehingga bermanfaat untuk kemaslahatan umat dan bangsa.

"Sekali lagi mohon doa, ikhtiar, dan tawakkal kepada Allah semoga kita bisa segera terbebas dari pandemi covid," katanya

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement