REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Raksasa ride hailing dan pengantaran makanan Asia Tenggara, Grab, sedang menjajaki pencatatan di bursa saham Amerika Serikat (AS) tahun ini. Rencana tersebut didorong oleh minat investor yang kuat untuk initial public offering (IPO), menurut tiga sumber yang memahami masalah tersebut kepada Reuters, Senin (18/1).
Salah seorang sumber menyebutkan, IPO Grab diperkirakan dapat mengumpulkan setidaknya 2 miliar dolar AS. Nilai tersebut kemungkinan akan menjadikannya sebagai penawaran saham luar negeri terbesar oleh perusahaan Asia Tenggara.
"Pasarnya bagus dan bisnisnya berjalan lebih baik dibandingkan sebelumnya. Ini seharusnya bekerja dengan baik untuk pasar umum," tuturnya.
Rencana tersebut, termasuk terkait ukuran dan waktu, belum difinalisasi, menurut sumber yang menolak disebutkan namanya itu.
Sementara itu, Grab yang berbasis di Singapura menolak berkomentar tentang potensi IPO. Grab, yang didanai beberapa investor seperti SoftBank Group Corp dan Mitsubishi UFJ Financial Group, telah berkembang pesat. Dari semula menjadi usaha ride hailing di Malaysia pada 2012, kini Grab menjadi startup paling bernilai di kawasan Asia Tenggara dengan nilai lebih dari 16 miliar dolar AS.
Grab yang juga baru saja menawarkan layanan keuangan dan memperoleh lisensi bank digital di Singapura, mengatakan, pendapatan grup telah pulih di atas tingkat pra pandemi bulan ini. Bisnis ride hailing juga sudah mencapai titik impas, termasuk Indonesia, yang terbesar. Perusahaan berharap, bisnis pengiriman makanan dapat mencapai titik impas pada akhir tahun.
Rencana IPO ini muncul setelah diskusi rencana merger dengan saingannya di Indonesia, Gojek, dibatalkan. Sementara itu, Gojek dan pemimpin e-commerce Indonesia, Tokopedia, sedang dalam pembicaraan lanjutan untuk merger senilai 18 miliar dolar AS menjelang kemungkinan pencatatan ganda di Jakarta dan AS.