Selasa 19 Jan 2021 20:11 WIB

Mengapa Sholat Harus Khusyuk?

Sholat diharuskan khusyuk.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Muhammad Hafil
 Mengapa Sholat Harus Khusyuk?. Foto: Umat Muslim bersiap melakukan sholat berjamaah dengan menerapkan protokol kesehatan. Ilustrasi
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Mengapa Sholat Harus Khusyuk?. Foto: Umat Muslim bersiap melakukan sholat berjamaah dengan menerapkan protokol kesehatan. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Rukun Islam kedua adalah melaksanakan sholat. Melaksanakan sholat dalam hal ini tidak hanya sekadar melaksanakan, perlu adanya khusyuk. Khusyuk adalah kondisi hati yang mengandung rasa takut atau kagum kepada Allah yang akan melahirkan rasa mawas diri dan tunduk pasrah di hadapan-Nya. Kondisi tersebut terlihat dari gerakan anggota badan yang penuh khidmat dan konsentrasi saat shalat.

Untuk mendapatkan khusyuk, Muslim perlu memerlukan pemahaman tentang arti shalat dan kesadaran tentang keagungan Allah serta kehadiran maut. Pendiri Pusat Studi Alquran (PSQ), Prof. M. Quraish Shihab mengatakan dalam bukunya, Islam yang Saya Anut, sholat yang benar memerlukan kesadaran dan pengawasan. Oleh karena itu, sholat orang gila atau orang yang mabuk, tidak sah. Orang yang sholat harus menyadari apa yang dia lakukan dan menyadari apa yang dibaca atau ucapkan.

Baca Juga

Kendati dalam ketentuan hukum yang berkaitan dengan shalat memang tidak dinyatakan kewajiban khusyuk, namun yang terlarang dalam pandangan hukum Islam adalah melakukan sesuatu yang dinilai sangat menyimpang dari penghormatan dan pengagungan kepada Allah. Misal, melangkah sebanyak tiga kali secara berturut-turut atau terbahak.

Kondisi khusyuk yaitu berkosentrasi menghadap Allah sehingga melupakan selain-Nya. Tentunya, bukan hal mudah karena sikap tersebut semacam tidak wajib. Tapi, Muslim berusaha untuk tetap tenang dan sebisa mungkin berkonsentrasi. Dalam Alquran, shalat digambarkan sebagai ibadah yang dapat mencegah seseorang dari perbuatan buruk dan keji. Allah berfirman dalam surat Al-Ankabut ayat 45 :

اُتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ

Utlu mā ụḥiya ilaika minal-kitābi wa aqimiṣ-ṣalāh, innaṣ-ṣalāta tan-hā 'anil-faḥsyā`i wal-mungkar, walażikrullāhi akbar, wallāhu ya'lamu mā taṣna'ụn. “Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Ayat tersebut antara lain bermakna sholat, baik ucapan maupun gerakannya mengandung sekian banyak hal yang mengingatkan manusia kepada Allah. Sholat merupakan pengingat bagi mereka yang menjalankan sholat. Sholat yang melarang manusia melakukan pelanggaran terhadap semua hal yang tidak diridhai Allah. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement