REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peraih medali emas cabang angkat besi di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro, Nijat Rahimov, didakwa dengan sengaja telah menukar sampel urinenya yang digunakan untuk tes doping. Badan Pengujian Internasional (ITA) menyatakan bahwa atlet asal Kazakhstan, Rahimov, dan lifter Rumania, Dumitru Captari, telah didakwa dengan tuduhan melanggar aturan anti-doping selama periode 2016.
Kedua atlet tersebut sudah ditangguhkan sementara waktu, tetapi tuduhan terkait kepastian pelanggaran tersebut dilakukan saat Olimpiade 2016 masih belum jelas. Kala itu, Rahinov merebut medali emas di kelas 77 kg putra sekaligus memecahkan rekor dunia.
“Selama penyelidikan berlangsung, atlet ditangguhkan sementara dari seluruh ajang olahraga dan kamp pelatihan,” kata Federasi Angkat Besi Kazakhstan (WFRK) seperti dilansir Reuters, Selasa (19/1).
WFRK menyatakan akan mengikuti kebijakan soal nol tolerans” terhadap doping serta bekerja sama memberikan bantuan yang dibutuhkan ITA agar dapat menjalankan penyelidikan yang objektif. WFRK juga menyatakan akan memberikan bantuan hukum kepada atletnya jika diperlukan.
Sementara itu, Federasi Angkat Besi Rumania (FRH) belum memberikan pernyataan apa pun soal masalah ini. Selain kedua atlet tersebut, ITA juga mengumumkan bahwa mereka akan menggugat lifter Thailand Rattikan (Siripuch) Gulnoi, peraih medali perunggu Olimpiade 2012 London, atas dugaan penggunaan zat terlarang sepanjang kariernya.
Gulno terlibat dalam film dokumenter TV Jerman ARD yang mengekspos soal meluasnya doping dan korupsi dalam cabang angkat besi Thailand pada tahun lalu. ITA telah menjalin kesepakatan dengan Federasi Angkat Besi Internasional (IWF) untuk melakukan prosedur penegakkan anti-doping.
Kesepakatan itu telah diperpanjang hingga 2024. ITA mengatakan, saat ini sedang menyelidiki 146 file menyusul laporan investigator Richard McLaren tentang skandal korupsi di cabang angkat besi terungkap.