REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Efikasi vaksin Covid-19 Sinovac dilaporkan lebih tinggi jika suntikan kedua diberikan dalam rentang tiga hingga empat pekan setelah suntikan pertama. Namun, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memutuskan vaksin dosis kedua tetap diberikan 14 hari usai suntikan pertama karena mempertimbangkan kecepatan.
Dikutip dari laman Bloomberg, hampir 1.400 dari 13 ribu relawan dalam uji klinis vaksin Covid-19 Sinovac di Brasil menerima dosis kedua dalam kurun waktu tiga pekan setelah suntikan pertama. Ternyata, tingkat perlindungannya menunjukkan 20 poin persentase lebih tinggi dibandingkan dengan yang disuntik berjarak dua pekan.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Ditjen P2P Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menilai, klaim itu masih dalam tahap penelitian. "Indonesia mengambil keputusan 14 hari karena lebih cepat lebih baik," kata dia saat dihubungi Republika, Selasa (19/1).
Nadia mengaku memang ada rentang waktu peningkatan efikasi vaksin, yaitu antara 14, 21 atau maksimal 28 hari. Namun, pemerintah Indonesia memilih rentang waktu vaksin dosis kedua dengan imunisasi dosis pertama selama 14 hari. Sebab, jika memilih 28 hari atau hampir sebulan, pihaknya khawatir masyarakat Indonesia yang sudah mendapatkan vaksin dosis pertama justru lupa harus kembali divaksinasi dosis kedua.
"Jadi, kami lebih cepat menyelesaikan vaksinasi. Toh, vaksin itu akan berproses dalam tubuh untuk meningkatkan efikasinya," kata perempuan yang juga sebagai juru bicara vaksin Covid- 19 dari Kemenkes ini.
China Sinovac Biotech Ltd membela kemanjuran vaksin Covid-19 yang dikembangkannya, yakni Coronavac. Sinovac mengeklaim vaksinnya bekerja lebih efektif jika terdapat jeda lebih lama saat pemberian suntikan pertama dan kedua.
Kemampuan vaksin untuk melindungi pekerja medis dalam wabah aktif dapat meningkat secara signifikan jika mereka diberikan antara 21 atau 28 hari, kata Sinovac dalam sebuah pernyataan kepada Bloomberg pada Senin (18/1).
Dalam keterangannya, Sinovac mengatakan, uji klinis tahap akhir Coronavac yang terbesar dilakukan di Brasil. Peserta atau sukarelawan yang terlibat adalah pekerja medis yang merawat pasien Covid-19.
Mereka dipilih dan dilibatkan karena menghadapi paparan yang lebih tinggi terhadap patogen sangat menular. Tingkat kemanjuran dua dosis Coronavac meningkat saat diberikan dengan jeda tiga pekan.
Suntikan eksperimental setidaknya harus 50 persen efektif dalam mencegah Covid-19 sebelum disetujui untuk penggunaan umum. Terlepas dari inkonsistensi dalam tingkat kemanjuran yang diumumkan secara publik Coronavac terus disetujui untuk digunakan. Brasil adalah negara terbaru yang menyetujuinya pada Ahad (17/1) lalu.
Chile, Filipina, Thailand, Hong Kong, dan Singapura memiliki kesepakatan pembelian Coronavac. Regulator di Filipina dan Hong Kong telah meminta data lebih lengkap sebelum menerima paket vaksin. (rr laeny sulistyawati/kamran dikarma, ed:mas alamil huda)