REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menggandeng Pusat Riset dan Inovasi (Purino) Perkeretaapian Institut Teknologi Sumatera (Itera) dalam mengkaji keamanan jembatan kereta api (KA) yang sudah berusia tua di Indonesia.
Untuk tahap awal, Kepala Purino Perkeretaapian dan dosen Itera di antaranya M Abi Berkah Nadi dan Nurmagita Pamursari terlibat dalam membahas kasus robohnya jembatan KA BH 1120. Dalam diskusi tersebut, tim Itera memberikan saran dan masukan dalam kajian keamanan jembatan di Indonesia, mengingat jembatan KA sudah berumur tua.
Robohnya jembatan di Indonesia banyak terjadi akibat adanya kesalahan kalkulasi pada debit banjir di mana struktur pilar tidak dapat menahan beban air yang datang. "Selain itu, kekuatan struktur pilar yang tidak lagi bisa menerima beban serta kurangnya pemeliharaan juga menjadi penyebab," ujar M Abi Berkah melalui siaran pers, Rabu (20/1).
Tim Purino Perkeretaapian Itera kembali memaparkan model pemeliharaan dan pemeriksaan rutin jembatan KA menggunakan Structural Health Monitoring System (SHMS). Dengan sistem tersebut, dapat dilihat kondisi jembatan KA melalui sensor sinyal yang akan membantu melihat beberapa komponen mulai dari strain, deflection, dan displacement, serta analisis numerik.
Penelitian jembatan kereta BH 77 Tegineneng Lampung, yang tim Itera lakukan diharapkan dapat menjadi dasar perhitungan SHMS jembatan KA di Indonesia. "Agar ke depannya tidak ada lagi jembatan KA yang akan runtuh kegagalan struktur," ujar Abi.
Purino Perkeretaapian Itera telah melibatkan kelompok keahlian lain di dalam penelitian berbagai aspek kesehatan (keteguhan) struktur jembatan BH 77 tersebut. Misalnya, telah dilakukan penelitian pengukuran frekuensi alami dan pergerakan tanah di sekitar pangkal jembatan bersama Geofisika Itera. Juga telah dibuat model (mock-up) jembatan BH 77 untuk peragaan dalam diskusi serta penentuan tempat pemasangan sensor.