Sabtu 23 Jan 2021 01:10 WIB

Jihad Melawan Hawa Nafsu

Jihad merupakan bagian dari ibadah yang tinggi nilainya.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Jihad Melawan Hawa Nafsu. Foto: Mari kita meluruskan makna jihad, ilustrasi
Jihad Melawan Hawa Nafsu. Foto: Mari kita meluruskan makna jihad, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Jihad merupakan bagian dari ibadah yang tinggi nilainya. Namun Jihad yang sebenarnya adalah yang dapat memerangi hawa nafsunya.

Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi dalam kitabnya Fadilah Haji menuliskan hadits lain dikatakan: "Mujahid yang sebenarnya adalah orang yang memerangi hawa nafsunya dan mengalahkannya." (At-Tasarruf).

Baca Juga

Syekh Muhammad Zakariyya menyampaikan  di dalam istilah para sufi hal itu dinamakan jihad akbar. Rasulullah saw juga bersabda seperti itu. Allamah Syami rah.a berkata. "Keutamaan jihad sangat banyak.

"Betapa tidak karena sesuatu yang paling dicintai manusia yakni nyawa dikorbankan di jalan Allah SWT dan demi mendapat ridho Allah ia menanggung segala penderitaan," katanya.

Dan yang lebih tinggi dari jihad adalah melawan hawa nafsu untuk taat kepada Allah SWT dan menyelamatkannya dari keinginan-keinginannya. Oleh karena itu, ketika Rasulullah SAW kembali dari suatu peperangan beliau bersabda. "Kita kembali dari jihad yang kecil menuju jihad besar."

Dalam riwayat yang lain yang diriwayatkan oleh Jabir r.a. berapa orang yang baru pulang dari perang datang kepada Rasulullah SAW Rasulullah SAW bersabda. "Kedatangan kalian sangat bagus karena kalian datang dari jihad kecil menuju jihad besar, yakni mujahadah seorang hamba terhadap nafsunya sendiri." (At-Tasyarruf:2).

Maka dari itu, apabila mereka mencampakkan diri mereka dalam kesusahan, maka tidak ada penentang lagi. Mencampakkan diri dalam kesusahan demi untuk mengalahkan musuh mendatangkan pahala, bukannya malah ditentang.  

Rasulullah SAW bersabda: "Musuhmu yang paling besar adalah nafsumu sendiri yang berada di antara dua lambungmu."

Oleh karena itu dalam mengalahkan musuh; apabila seseorang membenarkan dirinya kelaparan, kehausan dan menampakan dirinya dalam bahaya dan penderita, maka itu sangat disukai selama tidak menyebabkan kemunduran dalam tugas-tugas agama lainnya yang sangat penting.

"Semoga Allah SWT juga memberikan kepada hamba yang hina ini sedikit dari keberkahan dan pencerahan rohani manusia mulia tersebut. Dia Maha Pemurah dan Maha Pemberi kepada siapa yang dia kehendaki," katanya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement